AS Mulai Bahas Strategi Membangun 6G, Tak Mau Kalah dari China

Iptek357 views

Inionline.id – The White House atau Gedung Putih istana kepresidenan Presiden Amerika Serikat telah berencana membahas strategi untuk membangun teknologi nirkabel 6G generasi berikutnya dengan pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, dan anggota komunitas akademik.

Teknologi 6G adalah hal yang pasti di masa depan, namun upaya administrasi di awal ini kemungkinan merupakan bagian dari upaya AS untuk mengalahkan China dan membangun kembali kekuatan mereka sebagai pemimpin dalam konektivitas nirkabel, serta untuk merencanakan dengan hati-hati teknologi baru yang penting untuk keamanan nasional dan ekonomi yang lebih luas.

“Sangat penting bahwa kita mulai melihat masalah ini lebih awal,” kata seorang pejabat keamanan untuk administrasi Biden saat konferensi pers.

Pejabat itu juga mengatakan bahwa Gedung Putih ingin mengambil pelajaran dari 5G tentang pentingnya keterlibatan dan ketahanan awal dan menerapkannya untuk mengembangkan jaringan 6G yang mengoptimalkan kinerja, aksesibilitas, dan keamanan.

Dibandingkan dengan 4G, teknologi 5G menjanjikan peningkatan kinerja secara signifikan dalam hal kecepatan, keandalan, dan waktu jeda nol, membuka pintu untuk segala hal baru mulai dari prosedur bedah baru dan transportasi yang lebih aman hingga video game yang lebih imersif.

Meskipun peluncuran infrastruktur 5G di AS sebagian besar telah selesai, namun konsumen masih setia dengan penggunaan 4G. ABI Research memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2023, lebih dari 270 juta pelanggan akan menggunakan konektivitas 4G, dibandingkan dengan lebih dari 170 juta pelanggan 5G.

Menurut Leo Gergs, seorang analis di ABI Research, penggunaan 5G yang lebih terbatas di AS juga dapat dikaitkan dengan fakta bahwa infrastruktur jaringan 5G di sana berkembang lebih lambat dari yang diharapkan. Akibatnya, jaringan 5G kurang kuat dan konsumen akan berpikir berulang kali untuk membayar premi konektivitas 5G.

“Bagi konsumen, kinerja konektivitas 4G cukup baik, sehingga mereka kurang bersedia membayar biaya tambahan untuk latensi rendah atau kecepatan data yang lebih cepat yang dijanjikan 5G kepada konsumen,” kata Gergs, Rabu (3/5).

Tidak jelas seperti apa 6G nantinya. Namun tim administrasi mengatakan bahwa mereka mengharapkan adanya penggabungan antar elemen seperti AI, perangkat lunak canggih, komputasi awan, dan chip semikonduktor mutakhir. Penggabungan ini diharapkan mampu menghadirkan jaringan yang lebih cepat untuk mendukung aplikasi di bidang kesehatan, energi, transportasi, air, dan pertanian.