Buntut Aksi Penyiksaan di Papua, Amnesty Desak Evaluasi Penempatan TNI

Inionline.id – Amnesty International Indonesia mendesak evaluasi penempatan TNI di Papua buntut aksi penyiksaan warga yang dilakukan oleh sejumlah prajurit di Pos Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.

“Kejadian ini adalah penyiksaan kejam yang sungguh merusak naluri keadilan. Menginjak-injak perikemanusiaan yang adil dan beradab. Kepada keluarga korban, kami menyatakan duka mendalam,” kata Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Usman Hamid dalam keterangannya, Sabtu (23/3).

Usman menyatakan tidak ada seorang pun di dunia ini, termasuk di Papua, boleh diperlakukan tidak manusiawi dan merendahkan martabat, apalagi sampai menimbulkan hilangnya nyawa.

“Pernyataan-pernyataan petinggi TNI dan pejabat pemerintah lainnya soal pendekatan kemanusiaan maupun kesejahteraan menjadi tidak ada artinya sama sekali. Diabaikan oleh aparat di lapangan,” ucap dia.

Usman menyebut tindakan itu bisa terulang kembali karena selama ini tidak ada penghukuman atas anggota yang terbukti melakukan kejahatan penculikan, penyiksaan, hingga penghilangan nyawa.

Atas dasar itu, kata Usman, pihaknya mendesak agar dibentuk tim gabungan pencari fakta untuk mengusut aksi penganiayaan tersebut. Termasuk, mendesak agar dilakukan evaluasi terkait penempatan prajurit TNI di tanah Papua.

“Harus ada refleksi tajam atas penempatan pasukan keamanan di Tanah Papua yang selama ini telah menimbulkan jatuhnya korban, baik orang asli Papua, non Papua, termasuk aparat keamanan sendiri,” tuturnya.

Sebelumnya, video singkat berisikan aksi penyiksaan oleh anggota TNI itu viral di sosial media. Tampak warga sipil itu dimasukkan ke dalam drum berisi air lalu disiksa oleh anggota TNI.

Kapuspen TNI Mayjen Nugraha Gumilar mengungkap identitas warga yang disiksa oleh sejumlah prajurit itu merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bernama Definus Kogoya.

“Oknum prajurit TNI melakukan tindakan kekerasan terhadap tawanan seorang anggota KKB atas nama Definus Kogoya di Pos Gome di wilayah Kabupaten Puncak, Papua,” kata dia saat dikonfirmasi, Sabtu (23/3).

Kendati demikian, Nugraha masih belum membeberkan lebih jauh ihwal identitas anggota TNI yang melakukan penyiksaan tersebut. Dia memastikan terdapat lebih dari satu anggota yang terlibat dalam aksi penganiayaan.

Kata dia, pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan secara intensif. Ia pun berjanji akan bersikap transparan dan menindak tegas seluruh anggota yang terlibat.

“Nanti saya sampaikan setelah selesai penyelidikannya ya, yang jelas lebih dari satu orang jika lihat dari video tersebut,” ujarnya.