Selama Agresi Israel di Jalur Gaza, 11.100 Warga Palestina Tewas

Internasional157 views

Inionline.id – Melampaui 11.100 orang jumlah korban tewas imbas agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, hingga Minggu (12/11).

Dari total tersebut, lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Kantor media pemerintah Gaza melaporkan serangan terhadap rumah sakit di Gaza, serta upaya Israel mencegah ambulans keluar masuk rumah sakit untuk mengantar pasien dan jenazah, membuat Kementerian Kesehatan sejak Sabtu (11/11) tidak bisa mengeluarkan statistik akurat mengenai jumlah korban tewas dan luka-luka dalam beberapa jam terakhir.

“Kami ingat bahwa pasukan pendudukan (Israel) melakukan lebih dari 1.130 pembantaian dan jumlah korban mencapai lebih dari 11.100 orang tewas, termasuk lebih dari 8.000 anak dan perempuan, dan jumlah korban luka lebih dari 28 ribu orang,” tulis media tersebut, seperti dikutip Anadolu Agency.

Sebelumnya, menurut Kemenkes Gaza, jumlah korban tewas pada Jumat (10/11) sebanyak 11.078 orang, dengan 4.506 di antaranya ialah anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara itu, 27.490 orang dilaporkan mengalami luka-luka.

Juru bicara Kemenkes Gaza, Ashraf Al-Qudra, mengatakan semua rumah sakit di Gaza utara, kecuali Rumah Sakit Baptis Al Ahli, sudah tidak bisa beroperasi lagi.

RS Baptis Al Ahli pun, menurutnya, cuma bisa memberikan layanan terbatas bagi pasien.

Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel mengintensifkan serangan darat dan udara di rumah sakit-rumah sakit Gaza utara, terutama Al Shifa.

Sejak Sabtu, pasukan Negeri Zionis mengepung kompleks medis itu dari segala penjuru. Kendaraan militer Israel ditempatkan di dekat gerbang utama Al Shifa, yang secara langsung menargetkannya di tengah baku tembak serta serangan drone tiada henti.

Tiga badan PBB yang terdiri dari UNFPA, UNICEF, dan WHO telah mengecam situasi horor yang dialami fasilitas kesehatan di Gaza selama lebih dari sebulan agresi Israel.

“Dunia tak bisa diam di saat rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, bertransformasi menjadi tempat kematian, ketakutan, dan keputusasaan,” demikian pernyataan bersama tiga badan PBB tersebut.