Swedia Cemaskan Situasi Keamanan Setelah Menjadi Lokasi Aksi Pembakaran Al Quran

Internasional357 views

Inionline.id – Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson memperingatkan tentang serangkaian serangan yang terjadi baru-baru ini usai negaranya menjadi lokasi penodaan kitab suci umat Islam, Al-Quran.

Dalam konferensi persnya yang berlangsung Selasa (1/8), Kristersson menyatakan, sederet kejadian penodaan Al-Quran menimbulkan situasi keamanan yang kompleks di Swedia.

“Seperti yang semua orang tahu, kita memiliki situasi keamanan yang kompleks, baik di dalam maupun di sekitar Swedia. Kami memiliki narasi yang berbeda yang disebarkan,” kata Ulf Kristersson dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Kehakiman Gunnar Strommer di Stockholm, seperti dilansir Anadolu Agency.

“Mungkin untuk mencegah upaya NATO atau untuk menyebarkan citra yang salah tentang Swedia,” kata Kristersson, yang juga menjanjikan langkah-langkah untuk melindungi warga negara Swedia.

Menurut Kristersson, di Swedia terdapat individu-individu yang menyebarkan pesan-pesan kebencian. Dia menilai sangat penting untuk menghentikan orang-orang berbahaya datang ke Swedia.

“Saat ini kami melakukan kontak setiap hari dengan badan intelijen Swedia. Menurut kami, situasinya begitu serius,” ucapnya.

Kristersson menegaskan bahwa meningkatkan pengawasan perbatasan akan membantu mengidentifikasi orang-orang yang masuk ke Swedia, yang dapat mengancam keamanan nasional. Pemerintah akan memutuskan tindakan tersebut pada hari Kamis (3/8).

Sementara itu, Menteri Kehakiman Swedia Gunnar Strommer menggarisbawahi pentingnya menghentikan “orang-orang berbahaya untuk datang ke Swedia.”

“Dalam praktiknya, ini berarti pemeriksaan terhadap siapa saja yang masuk ke Swedia harus ditingkatkan,” katanya.

Sang Menteri mencatat bahwa polisi juga akan memiliki wewenang yang lebih besar untuk menggeledah kendaraan dan melakukan penggeledahan badan di dalam Swedia.

Menurutnya, tujuannya adalah untuk “memperkuat kerja polisi dan mencegah ancaman terhadap keamanan internal.”

Revisi hukum untuk mencegah provokasi

Strommer menyebut, pemerintah Swedia saat ini tidak memiliki rencana untuk mengubah undang-undang Swedia tentang agitasi terhadap suatu kelompok etnis untuk mencegah pembakaran Al-Quran di masa depan.

“Fokusnya adalah mencari tahu bagaimana Undang-Undang Ketertiban Umum dapat disesuaikan untuk memberi polisi dan pemerintah kekuatan yang lebih besar untuk memblokir demonstrasi semacam itu, terutama ketika ada risiko keamanan yang meningkat,” jelasnya.

Salah satu solusi yang potensial, katanya, adalah dengan menggunakan kekuasaan darurat yang dapat digunakan pemerintah di bawah UU Ketertiban Umum untuk mencegah demonstrasi.

Strommer membeberkan, alternatif lainnya adalah dengan mengamandemen undang-undang tersebut, namun hal ini akan membutuhkan penyelidikan komprehensif dari pemerintah yang dapat berlangsung selama lebih dari satu tahun sebelum mengeluarkan rekomendasi.

Dia mengatakan bahwa untuk mengambil tindakan segera terhadap insiden-insiden semacam itu, pihak berwenang perlu menggunakan kekuasaan darurat di bawah undang-undang saat ini.

Menurut lembaga penyiaran publik SVT, tiga permintaan mengadakan pertemuan publik untuk membakar Al-Quran telah dibatalkan oleh Salwan Momika, seorang pengungsi Irak berusia 37 tahun di Swedia yang melakukan aksi serupa terhadap salinan kitab suci tersebut dalam beberapa pekan terakhir, termasuk satu aksi di depan parlemen Swedia pada hari Senin (31/7).

Beberapa bulan terakhir ini telah terjadi berulang kali aksi pembakaran atau penodaan terhadap Al-Quran, atau upaya-upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh atau kelompok-kelompok Islamofobia, terutama di negara-negara Eropa utara dan Nordik, yang mengundang kemarahan dari negara-negara Muslim dan dunia.