Paus Purba Menjadi Satwa Terberat Sepanjang Massa

Iptek657 views

Inionline.id – Sebuah studi terbaru mengungkap penemuan fosil paus purba di Peru. Hewan raksasa ini dinobatkan sebagai satwa terberat dalam sejarah.

Satwa raksasa bernama Perucetus colossus ini diperkirakan memiliki massa tubuh 85 hingga 340 metrik ton. Menurut penulis utama studi yang diterbitkan jurnal Nature, Giovanni Bianucci, berat tersebut melebihi paus biru yang selama ini dianggap sebagai hewan dengan massa tubuh terbesar.

Kerangka parsial Perucetus yang terdiri dari 13 tulang belakang, empat tulang rusuk, dan satu tulang pinggul, diperkirakan memiliki panjang 17 hingga 20 meter.

Spesimen fosil ini lebih pendek daripada paus biru sepanjang 25 meter, tetapi massa kerangkanya masih berpotensi melebihi mamalia atau vertebrata laut mana pun yang diketahui, termasuk kerabatnya yang berukuran raksasa.

Namun, Perucetus kemungkinan besar memiliki berat dua hingga tiga kali lebih besar daripada paus biru, yang saat ini memiliki berat maksimum 149,6 metrik ton.

“Perucetus bisa saja memiliki berat hampir dua paus biru, tiga Argentinosaurus (dinosaurus sauropoda raksasa), lebih dari 30 gajah semak Afrika, dan sebanyak 5.000 orang,” ujar Bianucci, profesor paleontologi di departemen ilmu bumi Universitas Pisa di Italia, dikutip dari CNN.

Para peneliti menyebut Perucetus kemungkinan berenang dengan lambat karena massa tubuhnya yang sangat besar. Hewan ini menggunakan gaya berenangnya bergelombang dan anguilliform, yang berarti tubuhnya yang fleksibel bergerak dalam gelombang melengkung dari kepala ke ekor.

Selain itu, Bianucci menyebut tulang-tulang Perucetus terbuat dari tulang yang sangat padat.

“Penebalan dan beratnya kerangka semacam ini–yang dinamai pachyosteosclerosis–yang dimiliki oleh Perucetus dan sirenians tidak ditemukan pada cetacea yang masih hidup,” katanya.

Sirenians adalah mamalia herbivora akuatik besar, seperti manatee, sapi laut, dan duyung.

Lebih lanjut, berat dan ukuran Perucetus bisa jadi merupakan adaptasi evolusioner terhadap kehidupan di perairan pesisir yang dangkal dan berombak, di mana kerangka yang sangat berat berfungsi sebagai ‘pemberat’ untuk stabilitas.

Penemuan ini merupakan hasil terbaru dari aktivitas intens kelompok peneliti yang dimulai pada 2006 di Ica (Lembah) di Peru selatan. Penelitian ini dilakukan di salah satu situs kumpulan fosil vertebrata terpenting dari Era Kenozoikum pada sekitar 66 juta tahun yang lalu.