Inionline.id – Ratusan ribu warga Timor Leste memiliki hak pilih untuk menentukan siapa presiden selanjutnya pada pilpres yang berlangsung pada Senin (20/03).
Siapa saja figur kuat dalam pilpres tersebut? Apa pengaruhnya terhadap Indonesia? Berikut sejumlah hal yang patut Anda ketahui:
Berapa banyak pemilih pada pilpres kali ini?
Dari 1,2 juta jiwa penduduk, Komisi Pemilihan Umum Timor Leste mencatat sebanyak 747.000 orang terdaftar sebagai pemilih yang tersebar di 13 distrik. Mereka dipersilakan memilih mulai pukul 07.00 hingga 19.00 waktu setempat.
Bagaimana sistem pemilihan?
Presiden dipilih melalui suara mayoritas pemilih dengan dua putaran. Jika tiada kandidat yang bisa memperoleh lebih dari 50% suara, pemilihan putaran kedua akan digelar pada 20 April mendatang.
Ada berapa kandidat?
Ada delapan kandidat yang bisa dipilih. Namun, sejumlah pengamat menilai hanya dua yang merupakan figur kuat yakni Francisco “Lu Olo” Guterres serta Antonio da Conceicao.
Peluang Lu Olo untuk menang, menurut pengamat politik Michael Leach dari Universitas Swinburne, Australia, terbuka lebar. Pasalnya, kata Leach kepada kantor berita Reuters, Lu Olo mendapat sokongan Partai Fretilin dan Partai CNRT pimpinan Xanana Gusmao.
Lu Olo akan mendapat perlawanan kuat dari Antonio da Conceicao, mantan menteri pendidikan Timor Leste. Sebab, Da Conceicao didukung Partai Demokrat dan Partai Pembebasan Rakyat (PLP) pimpinan presiden petahana Jose Maria de Vasconcelos yang terkenal dengan julukan ‘Taur Matan Ruak’ alias Dua Mata Tajam.
Enam kandidat lainnya meliputi Antonio Maher dari Partai Sosialis Timor, Angela Freitas dari Partai Buruh, Jose Luis Guterres dari Frenti Mudança, serta tiga kandidat independen: Amorim Vieira, Jose Antonio das Neves, dan Luis Alves Tilman.
Apa peran presiden?
Di Timor Leste, presiden hanyalah jabatan seremonial, sedangkan wewenang lebih besar dipegang perdana menteri dan kabinetnya. Meski demikian, presiden yang masa jabatannya lima tahun, merupakan panglima tertinggi militer dan mampu memveto perancangan undang-undang, membubarkan parlemen, dan menyeru penggelaran pemilu.
Lalu, seberapa signifikan pilpres kali ini?
Sejumlah analis mengatakan pilpres kali ini mencerminkan sikap pemilih menjelang pemilihan parlemen dan perdana menteri pada Juli mendatang. Jika Da Conceicao terpilih menjadi presiden, hal itu amat mungkin mengindikasikan bahwa figur Taur Matan Ruak punya peluang menjadi perdana menteri.
Apa topik kampanye para kandidat?
Topik yang paling sering diangkat oleh para kandidat adalah ekonomi dan pemberantasan korupsi.
Charles Scheiner dari lembaga kajian La’o Hamutuk, yang berbasis di Dili, mengatakan tantangan bagi pemerintahan selanjutnya adalah bagaimana mereka mendiversifikasi sumber penghasilan non-migas, termasuk pertanian dan manufaktur, mengingat ladang minyak Bayu-Undan diprediksi akan mengering dalam lima tahun ke depan.
“Lima tahun mendatang merupakan waktu kritis bagi pemimpin yang baru karena uang dari ladang minyak sebagian besar telah dihabiskan,” kata Scheiner kepada Reuters.
Sektor energi selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Timor Leste. Tercatat sebanyak 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Timor Leste berasal dari migas dan lebih dari 90% dana APBN berasal dari sektor itu.
Untuk terus menggunakan sektor migas, pemerintah Timor Leste harus menyelesaikan sengketa dengan Australia sehingga bisa memanfaatkan ladang Greater Sunrise.
Apa pengaruh pilpres ini bagi hubungan Timor Leste dengan Indonesia?
“Siapapun yang terpilih harus menjaga hubungan baik dengan Indonesia karena Timor Leste punya ketergantungan dengan Indonesia. Itu fakta dan tidak bisa dihindari,” kata Ferdi Tanoni, ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), kepada BBC Indonesia.
Dari segi ekonomi, menurut Ferdi, Timor Leste hanya bisa mengandalkan Indonesia.
“Bahan bakar minyak didatangkan dari Indonesia. Begitu pula dengan bahan-bahan makanan. Intinya ketergantungan Timor Leste dengan Indonesia itu tinggi,” ujarnya.
Berdasarkan data Pertamina, perusahaan minyak Indonesia itu memasok 2.600 kiloliter (kl) per bulan ke Timor Leste pada 2016. Adapun pasokan avtur mengalir 400 kiloliter setiap bulan. Jumlah tersebut menempatkan Pertamina sebagai penguasa pasar bahan bakar minyak di Timor Leste.
Timor Leste juga mengimpor 80% barang-barang kebutuhan pokok dari Indonesia, mulai dari sembako, elektronik, hingga korek api. (AN/BBC)