Gerhana Matahari Hingga Hujan Meteor, Fenomena Langit April 2024

Iptek1957 views

Inionline.id – Sejumlah fenomena akan menghiasi langit pada April 2024, mulai dari Gerhana Matahari hingga hujan meteor.

Fenomena langit yang terjadi setiap bulan selalu berbeda. Pengalaman yang diberikan untuk pengamatnya juga akan berbeda tergantung pada lokasi pengamat tersebut.

Beberapa fenomena langit bisa disaksikan tanpa alat bantu seperti teropong atau teleskop. Namun, beberapa fenomena memerlukan alat bantu agar pengamatan bisa lebih baik.

Gerhana Matahari

Fenomena utama pada April tentu saja Gerhana Matahari Total (GMT) pada 8 April. Gerhana Matahari Total (GMT) akan berlangsung 8 April 2024 di sebagian besar wilayah Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.

Gerhana Matahari Total adalah fenomena ketika sinar Matahari terhalang oleh Bulan, bayangan Bulan akan jatuh di Bumi. Daerah Bumi yang berada di bawah bayangan inti (umbra) Bulan akan mengalami gerhana Matahari Total.

Fenomena Gerhana Matahari Total terjadi terakhir kali pada 2021, di Benua Antartika. Sementara, tahun 2024 ini, GMT bakal menyapa sejumlah wilayah di Amerika Utara, khususnya Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko.

Komet setan

Komet langka dan masif berjuluk ‘Komet Setan’ akan melewati Bumi untuk pertama kalinya dalam 71 tahun dan kemungkinan terlihat selama periode Gerhana Matahari Total pada 8 April.

Komet yang memiliki nama resmi komet 12P/Pons-Brooks merupakan komet tipe cryovolcano (punya gunung api yang menyemburkan material seperti air, amonia, dan hidrokarbon). Dia dikenal sebagai ‘Komet Setan’ karena pembentukan dua formasi mirip ‘tanduk’ yang terdiri dari es dan gas serta ledakan berkala.

Komet ini terdiri dari debu, gas beku, es, dan bebatuan yang terikat bersama setelah pembentukan tata surya.

Selama momen gerhana, sinar Matahari akan ‘hilang’ secara tiba-tiba. Para pengamat langit nantinya akan dapat melihat langit yang luas, cukup gelap untuk mengamati bintang, planet, dan kemungkinan 12P/Pons-Brooks saat melintasi Tata Surya.

Komet ini sendiri akan berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari pada 21 April.

Komet setan ini kerap disamakan dengan komet Halley yang memiliki orbit mengelilingi Matahari selama 76 tahun, 12P/Pons-Brooks punya periode pendek, yakni periode orbit antara 20 hingga 200 tahun.

Hujan meteor

Dikutip dari laman NASA, dua hujan meteor, yakni Lyrids (006 LYR) dan π-Puppids (137 PPU), akan mencapai puncaknya menjelang akhir siklus Bulan.

Namun, Bulan yang hampir purnama akan mengganggu pengamatan meteor-meteor ini.

Peneliti Pusat Riset Antariksa, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Farahhati Mumtahana, menuturkan hujan meteor Lyrids ini akan mencapai puncaknya pada 22–23 April.

Frekuensi meteornya 18 per jam dan bisa dipantau di arah konstelasi Lyra.

Pink Moon

Bulan purnama pada April dikenal sebagai Pink Moon atau Bulan Merah Muda. Menurut Old Farmer’s Almanac, nama ini berasal dari mekarnya bunga phlox tanah, bunga berwarna merah muda yang umum ditemukan di Amerika Utara.

Dikutip dari Space, bulan purnama ini akan berada di puncaknya pada 23 April 23.49 GMT (24 April 06.49 WIB).

Untuk Indonesia, fenomena ini bisa dinikmati di malam hari sebelum puncaknya, yakni 23 April.