Inionline.id – Pakar membantah narasi film dokumenter yang mengklaim bahwa gas karbon dioksida (CO2) tidak pernah mendorong peningkatan suhu di Bumi. Berikut penjelasannya.
Rilis pada Maret 2023, film dokumenter berjudul Climate The Movie: The Cold Truth ini menampilkan tokoh-tokoh yang terkenal skeptis terhadap perubahan iklim.
“Pertanyaan apakah CO2 mendorong iklim dapat dengan mudah diselesaikan. Anda dapat melihat ke masa lalu selama ratusan juta tahun-tingkat CO2 telah berubah secara drastis berkali-kali,” tulis Wide Awake Media, dalam sebuah postingan X yang menampilkan cuplikan film Climate The Movie: The Cold Truth,pada, Jumat (12/4).
“Apakah hal ini menyebabkan perubahan suhu? Tidak, sama sekali tidak. CO2 tidak pernah mendorong perubahan suhu di masa lalu. Tidak pernah,” lanjutnya.
Postingan yang menjadi perdebatan di media sosial X tersebut dibantah oleh para pakar, salah satunya Naomi Oreskes, profesor sejarah sains di Universitas Harvard, yang menyatakan bahwa klaim yang beredar merupakan bentuk disinformasi.
“Klaim yang menyebar secara online didasarkan pada setengah kebenaran – sama seperti banyaknya disinformasi,” kata Naomi Oreskes, melansir dari AFP, Rabu (24/4).
Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) menjelaskan sebenarnya CO2 merupakan penyebab utama dari penghangatan atmosfer, lautan, dan daratan di samping aktivitas manusia yang juga ikut mempengaruhi kenaikan suhu tersebut.
Menurut para ilmuwan di IPCC, masuknya CO2 ini telah memerangkap panas di atmosfer, sehingga menyebabkan pemanasan bumi lebih dari satu derajat Celcius dibandingkan tingkat pra- industri.
Tingkat konsentrasi CO2 ini meningkat dengan cepat dari tingkat pra-industri yang mulanya sekitar 280 bagian per juta (ppm) menjadi sekitar 425 ppm pada awal abad ke-20. Untuk saat ini, tingkat konsentrasinya bahkan bisa jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Aktivitas manusia
Data NASA juga menunjukkan aktivitas manusia ikut meningkatkan peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sebesar 50 persen hanya dalam waktu kurang dari 200 tahun.
Aktivitas manusia seperti pembakaran batu bara dan minyak menambah jumlah CO2 ke atmosfer, sehingga memerangkap lebih banyak radiasi matahari.
Ini memungkinkan adanya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) yang menahan nitrogen, oksigen, dan gas lain, sehingga menahan panas Matahari di dalam bumi.
“Saat ini CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia mendorong pemanasan, sedemikian rupa sehingga mengesampingkan variabilitas iklim alami yang disebabkan oleh variasi orbit,” ujar Naomi.
Barbel Honisch, profesor di Lamont-Doherty Earth Observatory Universitas Columbia, mengatakan CO2 tidak selalu menjadi pendorong historis siklus iklim alami. Namun, ia mengungkap gas rumah kaca telah “bertindak sebagai penguat”.
Hönisch mengatakan bahwa “tanpa peran CO2,” Bumi “tidak akan mengalami perubahan suhu yang begitu besar.”
Yochanan Kushnir, seorang profesor lain dari Lamont-Doherty Earth Observatory juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya konsentrasi CO2 meningkat dengan cepat dari tingkat pra-industri.
“Konsentrasi CO2 dengan cepat meningkat dari tingkat pra-industri sekitar 280 bagian per juta (ppm) menjadi 300 ppm pada awal abad ke-20 menjadi sekitar 425 ppm saat ini – jauh lebih tinggi daripada kapan saja selama 800.000 tahun terakhir,” kata Kushnir.