Buntut Serangan Iran ESDM Waspadai Harga Minyak Mentah RI Melambung

Berita1057 views

Inionline.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewanti-wanti rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) bisa naik hingga US$10 per barel buntut serangan Iran ke Israel.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ESDM Tutuka Ariadji mengatakan konflik di Timur Tengah itu bisa membuat harga minyak tertekan.

“Tekanan untuk naik itu diwujudkan dalam premium resiko itu kalau menurut pendapat kami US$5-US$10 per barel,” ucapnya di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (16/4).

Oleh karena itu, ia pun memprediksi harga ICP bisa tembus ke level US$100 per barel.

Tutuka menjelaskan ketegangan geopolitik bisa kian memperkeruh rantai pasok. Apalagi, Indonesia merupakan importir minyak mentah.

Ia pun ikut mewaspadai harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri bakal naik. Namun, kenaikan itu tidak akan bertahan lama.

“Kalau menurut saya kenaikan itu kemungkinan spike terus turun lagi, tapi kita tidak boleh lengah karena dalam kondisi seperti ini sedikit saja salah bisa jadi besar,” imbuh Tutuka.

Adapun ICP Maret 2024 ditetapkan sebesar US$83,78 per barel. Angka tersebut meningkat US$3,69 per barel dari ICP Februari yang ditetapkan US$80,09 per barel.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan kenaikan ICP itu sesuai dengan analisis Tim Harga Minyak Mentah Indonesia.

Hal ini juga seiring dengan kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional, yang diantaranya disebabkan oleh serangan Ukraina pada kilang-kilang minyak Rusia.

Serangan ini berpotensi mengganggu pasokan BBM di wilayah Asia dan Eropa dan memunculkan potensi pengetanan pasokan di pasar minyak.

“Selain itu, faktor utama lain yang menyebabkan peningkatan harga minyak mentah Maret 2024, karena adanya penurunan stok minyak mentah AS pada pertengahan Maret 2024 dan penurunan stok gasoline AS yang melebihi perkiraan pasar, dinilai pasar sebagai indikator terjadinya peningkatan permintaan akan minyak,” ucap Agus beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, berdasarkan laporan bulanan OPEC dan IEA diperkirakan permintaan minyak yang kuat untuk 2024 dan 2025. Faktor yang juga mempengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di Pasar Internasional antara lain terkait pasokan minyak dunia.

IEA melaporkan pasokan minyak dunia pada kuartal I 2024 turun sebesar 870 ribu bph dibandingkan kuartal sebelumnya akibat penutupan sumur-sumur minyak. Hal ini karena cuaca buruk dan kesepakatan penurunan produksi minyak oleh OPEC+ serta gangguan serangan Houthi di jalur pelayaran Laut Merah.

Untuk kawasan Asia Pasifik, tambah Agus, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi adanya peningkatan produksi dan profit sektor industri di China pada Januari dan Februari 2024.

Dalam periode itu profit sektor industri meningkat 10,2 persen dari tahun sebelumnya, lebih tinggi dari proyeksi pasar. Hal ini mengindikasikan pemulihan perekonomian RRT sebagai salah satu konsumen energi terbesar.

Indikasi lainnya, peningkatan impor minyak mentah di China selama periode Januari-Februari 2024 menjadi sebesar 10,74 juta, 5,1 persen lebih tinggi dibandingkan impor minyak mentah pada periode yang sama pada 2023.