China Membongkar Inti Bumi Tak Sinkron Tiap 8,5 Tahun

Iptek1357 views

Inionline.id – Para ilmuwan di China menemukan setiap 8,5 tahun inti dalam Bumi bergoyang-goyang di sekitar sumbu rotasinya. Pergeseran ini kemungkinan besar disebabkan oleh ketidaksejajaran kecil antara inti bagian dalam dan mantel Bumi-lapisan di bawah kerak Bumi.

Pada kedalaman sekitar 2.896 kilometer di bawah permukaan Bumi, inti Bumi terbagi menjadi batas luar yang cair dan lapisan dalam yang sebagian besar padat.

Wilayah tersebut berperan dalam menentukan sejumlah dinamika geofisika Bumi, mulai dari panjangnya hari hingga medan magnet Bumi, yang membantu melindungi manusia dari sinar berbahaya yang dipancarkan Matahari.

Studi baru yang diterbitkan pada 8 Desember di jurnal Nature Communications menunjukkan kemiringan pada inti bagian dalam Bumi pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan bentuk dan gerakan inti cair, yang mengarah pada potensi pergeseran medan magnet Bumi.

Untuk memahami cara kerja inti ini, pada 2019, para peneliti geofisika yang dipimpin oleh Hao Ding dari Universitas Wuhan menganalisis pergerakan sumbu rotasi Bumi relatif terhadap kerak Bumi, yang dikenal sebagai rotasi kutub.

Mereka mendeteksi sedikit penyimpangan dalam gerakan kutub yang terjadi kira-kira setiap 8,5 tahun, yang mengindikasikan potensi “goyangan inti dalam,” mirip dengan goyangan ketika sebuah gasing berputar.

Sementara itu dalam penelitian terbaru mereka, Ding dan rekan penelitinya mengonfirmasi lebih lanjut siklus ini dengan mengukur pergeseran kecil dalam panjang hari di seluruh dunia dan membandingkannya dengan variasi gerakan kutub yang mereka identifikasi sebelumnya.

Panjang hari sendiri dikendalikan oleh pergerakan periodik sumbu rotasi Bumi.

Hasilnya, data mereka menunjukkan goyangan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kemiringan 0,17 derajat antara inti dan mantel Bumi, yang bertentangan dengan teori rotasi Bumi tradisional yang mengasumsikan sumbu rotasi inti Bumi dan sumbu rotasi mantel Bumi bertepatan.

Kemiringan ini dapat mengindikasikan bahwa belahan barat laut dari inti dalam mungkin sedikit lebih padat daripada lapisan lainnya. Selain itu, ada indikasi perbedaan kepadatan antara inti dalam dan luar Bumi.

John Vidale, seorang profesor ilmu Bumi di University of Southern California, mengatakan studi baru ini “membantu melihat perbedaan komposisi antara logam di inti dalam yang padat dan inti luar yang cair serta memperkirakan arah dan kecepatan goyangan inti dalam.

“Tidak ada [dalam studi ini] yang bisa menyelamatkan umat manusia, tapi penelitian ini menambahkan blok bangunan dasar untuk memahami planet kita,” katanya, dikutip dari Live Science.

Lebih lanjut, tim peneliti mengesampingkan pengaruh atmosfer, samudera dan hidrologi yang mungkin menyebabkan penyimpangan dalam gerakan kutub selain goyangan inti. Namun, sulit untuk memastikan bahwa sumber-sumber ini tidak berperan.

Menurut Vidale, dibutuhkan banyak ahli untuk menyusun jenis analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.

Temuan ini dinilai dapat membantu para peneliti memahami dinamika antara inti dalam Bumi dan proses-proses yang berdampak pada manusia, mulai dari gempa bumi hingga perubahan medan magnet.