Diprediksi Level Kuat Hingga 2024, Ahli Jelaskan Tingkah Aneh El Nino

Iptek957 views

Inionline.id – Studi mengungkap pemicu El Nino kuat muncul secara tak terduga tahun ini imbas kumpulan air hangat yang aneh di Pasifik sebelah barat hingga sisa La Nina.

El Nino merupakan pemanasan lautan dan atmosfer di Samudera Pasifik tropis yang memicu perubahan curah hujan, dengan efek buat Indonesia kebanyakan berupa kekeringan.

Sebaliknya, La Nina merupakan pendinginan lautan di area yang sama yang memicu curah hujan tinggi.

Paul Roundy, seorang profesor ilmu atmosfer di Universitas Albany, mengatakan, dikutip dari laporan The Washington Post, kumpulan air hangat tersebut terletak di bagian barat-tengah Pasifik, dekat Garis Tanggal Internasional (batas yang memisahkan dua tanggal kalender berturut-turut).

El Nino biasanya memicu pemanasan di Pasifik tropis bagian timur, yang kemudian membentuk kondisi atmosfer dan pola cuaca di seluruh dunia.

Meskipun kejadian El Nino tahun ini bukanlah hal yang mengejutkan, Todd Crawford, ahli meteorologi di konsultan prakiraan cuaca Atmospheric G2, dalam kicauannya di X, mengatakan respons atmosfer “tidak terlihat seperti kejadian El Nino kuat lainnya baru-baru ini.”

Selama tahun-tahun El Nino, air hangat di Pasifik tropis bagian timur memanaskan udara di atasnya dan menyebabkan udara naik. Namun, kata para ahli, hal tersebut tidak terjadi saat ini.

Yang terjadi adalah udara malah meningkat di Pasifik bagian barat. Menurut para pakar, sebagian dari udara ini kemungkinan bertiup ke timur dan menekan gerakan naik yang biasanya terlihat di sana di saat El Nino terjadi.

Naiknya udara di Pasifik bagian barat ini menciptakan kondisi tekanan rendah yang terkait dengan hujan dan badai petir.

Roundy mengungkap gumpalan hangat di Pasifik barat memicu curah hujan tinggi di bagian barat dan membuat kering wilayah timur.

“Lebih banyak hujan tropis turun di sana (barat), yang kemudian mengurangi intensitas curah hujan di wilayah timur karena udara yang naik di wilayah barat Pasifik, badai petir mereda kembali ke permukaan di wilayah timur, sehingga mengeringkan atmosfer,” urainya.

Sisa La Nina

Para ahli juga menyebut El Nino mungkin berperilaku tidak normal tahun ini karena efek yang berkepanjangan dari peristiwa La Nina yang bersifat ‘triple dip’ yang jarang terjadi, yang merupakan dampak dingin dari El Nino.

Crawford menjelaskan La Nina menghasilkan efek pendinginan berkelanjutan di sekitar khatulistiwa dan Pasifik tropis bagian timur selama tiga tahun terakhir dan mungkin “belum sepenuhnya hilang.”

Suhu laut yang tinggi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia mungkin juga menjadi penyebab pemanasan yang tidak biasa di Pasifik bagian barat.

“Seperti yang telah kita diskusikan secara mendalam dalam laporan klien dan Webinar kami baru-baru ini, meskipun suhu laut menunjukkan adanya peristiwa El Nino kuat, respons atmosfer di wilayah tropis tengah/timur Pasifik tidak seperti peristiwa El Nino kuat baru-baru ini.” dikutip dari LiveScience.

Layanan Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS) AS menyebut kondisi El Nino yang kuat ini dapat bertahan sepanjang musim dingin di belahan Bumi Utara dan berlangsung hingga musim semi 2024.

Dalam peringatan terbarunya, lembaga ini juga menyebut ada kemungkinan 35 persen El Nino akan menjadi “kuat secara historis” dari November hingga Januari.

“Peristiwa El Nino yang kuat meningkatkan kemungkinan terjadinya anomali iklim terkait El Nino namun tidak selalu berarti dampak yang kuat,” tulis NWS dalam pernyataan pada 9 November.

Musim dingin (Desember-Maret) yang disertai El Nino biasanya menyebabkan banyak udara hangat terbentuk di Alaska, Kanada bagian barat, dan AS bagian utara. Kondisi yang lebih sejuk dan basah biasanya terjadi di negara bagian selatan.

“Gangguan panas di Pasifik barat tampaknya menurun,” tambahnya, sambil menambahkan bahwa kumpulan air hangat yang terbentuk di sebelah timur Garis Tanggal Internasional mungkin memicu curah hujan yang lebih tinggi di sana.

Roundy juga menuturkan bahwa semburan angin barat juga dapat mendorong air hangat yang ada di permukaan gumpalan tersebut menuju Pasifik timur.

Hal ini, kata dia, akan mengekspos lapisan air yang lebih dingin di bawahnya dan “mendorong munculnya sinyal El Nino yang lebih normal dan kuat pada musim dingin ini.”