Gegara Taliban Presenter Wanita Afghanistan Terpaksa Tutup Wajah

Internasional057 views

Inionline.id – Taliban yang kini menguasai Afghanistan kembali memberikan aturan bagi wanita. Kali ini, otoritas Taliban meminta presenter perempuan untuk menutupi wajahnya saat siaran.

Kamis (19/5/2022), langkah itu dilakukan beberapa hari setelah pihak berwenang memerintahkan perempuan untuk menutupi wajah mereka di depan umum. Aturan ini kembali ke kebijakan garis keras Taliban di masa lalu dan eskalasi pembatasan yang menyebabkan kemarahan di dalam dan luar negeri.

Pihak Taliban mengatakan telah bertemu dengan para pejabat media dan meminta untuk memastikan bahwa presenter perempuan mereka di stasiun lokal menutupi wajah mereka saat siaran. Pihak Taliban mengaku hal ini diterima dengan gembira.

“Kemarin kami bertemu dengan pejabat media, mereka menerima saran kami dengan sangat gembira,” kata juru bicara Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Taliban, Akif Mahajar, yang menambahkan langkah ini akan diterima dengan baik oleh warga Afghanistan.

Dia menyebut langkah itu sebagai ‘saran’. Namun Mahajar mengatakan pihaknya memberi batas waktu untuk menutup wajah presenter wanita adalah 21 Mei.

“Tanggal terakhir untuk penutup wajah untuk presenter TV adalah 21 Mei,” ujarnya.

Mahajar tidak menanggapi pertanyaan terkait apa konsekuensinya jika tidak mengikuti saran tersebut. Sebagian besar wanita Afghanistan mengenakan jilbab karena alasan agama, tetapi banyak di daerah perkotaan seperti Kabul tidak menutupi wajah mereka.

Mahajar mengatakan presenter wanita bisa memakai masker wajah medis, seperti yang telah banyak digunakan selama pandemi COVID-19.

Seorang karyawan wanita saluran televisi lokal, yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan pejabat Taliban telah mengunjungi kantor mereka.

“Hari ini (Kamis) bagian produksi pakai masker tapi kantor berita tetap berjalan seperti biasa,” kata karyawan tersebut. Beberapa saluran sudah mulai menerapkan aturan baru.

Presenter TV Afghanistan Tutupi Wajah Saat Siaran

Para presenter wanita di Afghanistan kini mulai menutupi wajah mereka saat siaran langsung di TV. Mereka disebut terpaksa untuk mengikuti aturan Taliban.

Mereka diketahui sebelumnya menentang kebijakan baru Taliban yang meminta mereka tidak menunjukkan wajah saat siaran. Sejak Taliban menguasai Afghanistan banyak kebijakan dianggap mengekang hak-hak perempuan.

Saluran berita terkemuka seperti TOLOnews, Ariana Television, Shamshad TV, dan 1TV awalnya menentang kebijakan baru Taliban. Namun belakangan mereka terpaksa melakukannya.

Salah seorang presenter perempuan mengatakan terpakasa melakukan hal tersebut. Sebab jika aturan tidak diikuti maka presenter perempuan harus diberi pekerjaan lain atau dihilangkan.

“Kami melawan dan menentang pemakaian masker. Tetapi TOLOnews ditekan dan diberitahu bahwa presenter wanita mana pun yang muncul di layar tanpa menutupi wajahnya harus diberi pekerjaan lain atau dihilangkan begitu saja. TOLOnews terpaksa dan kami terpaksa memakainya,” ucap Sonia Niazi, presenter TOLOnews kepada AFP.

Solidaritas dari Jurnalis Pria

Seorang koresponden AFP mengatakan bila saat itu jurnalis dan karyawan TOLOnews mengenakan masker wajah di kantor sebagai bentuk solidaritas pada para presenter wanita.

Di sisi lain Juru Bicara Kementerian Kebaikan dan Kebajikan Taliban, Mohammad Akif Sadeq Mohajir, menyambut baik apa yang telah dilakukan saluran-saluran media itu.

“Kami senang dengan saluran media bahwa mereka menerapkan tanggung jawab ini dengan cara yang baik,” katanya kepada AFP.

Ia menyebut pihaknya tidak berniat untuk menyingkirkan ataupun melucuti hak perempuan untuk bekerja.

“Kami tidak berniat menyingkirkan mereka dari tempat umum atau mengesampingkan mereka atau melucuti hak mereka untuk bekerja,” imbuhnya.

Dekrit Akhundzada memerintahkan pihak berwenang untuk memecat pegawai pemerintah wanita jika mereka gagal mengikuti aturan berpakaian. Laki-laki yang bekerja di pemerintahan juga berisiko diskors jika istri atau anak perempuan mereka tidak patuh.

Pihak berwenang juga mengatakan bahwa manajer media dan wali dari pembawa acara perempuan yang membangkang akan bertanggung jawab atas hukuman jika diktat tidak dipatuhi.

Wanita di Afghanistan telah mengejar pekerjaan dan pendidikan setelah pemerintah Taliban digulingkan pada tahun 2001 menyusul invasi dipimpin Amerika Serikat (AS). Pendidikan dan pekerjaan bagi wanita dilarang di bawah pemerintahan Taliban pada saat itu.

Taliban mengatakan telah berubah sejak aturan terakhirnya. Tetapi baru-baru, Taliban menambahkan peraturan seperti membatasi pergerakan perempuan tanpa pendamping laki-laki. Anak perempuan yang lebih tua di atas 13 tahun juga belum diizinkan kembali ke sekolah dan perguruan tinggi.