Prancis Percepat Vaksinasi Sebelum Natal Karena Kasus Corona Kian Ganas

Internasional157 views

Inionline.id – Kasus COVID-19 melonjak drastis di Prancis. Pihak berwenang akan mempercepat program vaksinasi dan bakal menggunakan terapi antibodi untuk para pasien yang terinfeksi.

“Orang-orang dapat merayakan Natal secara normal, tetapi kita harus menghormati aturan dan mendapatkan vaksinasi,” kata Perdana Menteri Prancis Jean Castex kepada France Blue di wilayah Alsace Jumat (10/12) malam waktu setempat.

Minggu (12/12/2021), dalam seminggu terakhir, Prancis mencatat rata-rata harian kasus lebih dari 44.000. Angka ini lebih tinggi 36% dari minggu sebelumnya.

Sementara itu, angka rawat inap mingguan COVID-19 naik 1.120 kasus, naik 41% dari seminggu sebelumnya. Kondisi ini membuat pemerintah menutup klub malam mulai Senin (13/12) hingga 6 Januari 2022 mendatang hingga memperketat aturan social distancing, baik di ruang tertutup maupun di luar ruangan (outdoor).

Castex mengatakan pemerintah tidak mempertimbangkan lockdown lainnya yang akan membatasi atau melarang acara publik dan pertemuan sosial.

“Dengan lebih dari 48 juta dari 67 juta orang Prancis divaksinasi penuh dan puluhan ribu mendaftar untuk suntikan pertama atau dosis booster, negara ini dapat melewati musim liburan tanpa batasan tambahan pada kehidupan publik,” kata Perdana Menteri.

“Petugas kesehatan di Prancis memberikan 700.000 dosis vaksin sehari,” lanjutnya, seraya menambahkan bahwa 90% penduduk Prancis memiliki setidaknya satu dosis vaksin.

Sementara itu, Prancis masih mempertimbangkan apakah akan mengizinkan vaksin untuk anak-anak usia 5-11 tahun.

Untuk remaja usia 12 tahun ke atas atau yang dianggap berisiko komplikasi dari COVID-19 bisa menjalani vaksinasi mulai 15 Desember mendatang.

Prancis Setujui Terapi Antibodi untuk Orang Berisiko Tinggi COVID

Otoritas Kesehatan Prancis telah menyetujui penggunaan terapi antibodi, yang dibuat oleh AstraZeneca, untuk orang-orang berisiko tinggi yang menunjukkan resistensi terhadap vaksin virus corona.

Pada Jumat (10/12) malam waktu setempat, Badan kesehatan masyarakat independen HAS mengumumkan ‘lampu hijau’ untuk penggunaan terapi antibodi Evusheld bagi pasien dengan risiko yang sangat tinggi tertular COVID-19 yang lebih parah.

Evusheld, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia, minggu ini menerima otorisasi penggunaan darurat di Amerika Serikat untuk orang dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Namun Prancis hanya menyetujui penggunaannya bagi orang dewasa.

Disebutkan, pembuatan Evusheld berasal dari kombinasi dua antibodi monoklonal yang diberikan dalam dua kali suntikan. Antibodi monoklonal – yang mengenali molekul spesifik dari virus atau bakteri target – adalah versi sintetis dari antibodi alami manusia.

Evusheld sendiri diberikan kepada mereka yang belum terinfeksi COVID-19 tetapi mungkin tidak memiliki respons kekebalan yang memadai.

Meski begitu, HAS memperingatkan adanya risiko kardiovaskular yang diidentifikasi selama uji klinis dan merekomendasikan obat tersebut tidak diberikan pada kasus dengan dua atau lebih faktor risiko seperti diabetes dan obesitas.