Gerindra DKI Mengkritik Syarat Vaksin Bagi Pembeli di Warteg: Berlebihan

Politik057 views

Inionline.id – Pemprov DKI Jakarta mewajibkan syarat vaksinasi di sejumlah kegiatan, salah satunya bagi pembeli dan pedagang di warteg. Gerindra DKI mengkritik kebijakan itu.

Mulanya, Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani mendukung penuh adanya syarat vaksinasi bagi warga yang hendak berkegiatan di luar rumah.

“Intinya bila wajib vaksin saya sangat setuju pastinya karena sedunia, vaksin memang jadi dasar tercapainya herd immunity,” kata Rani, Minggu (1/8/2021).

Kemudian, ia mengkritik salah satu kebijakan Pemprov DKI yang dinilainya berlebihan. Yakni syarat vaksinasi COVID-19 bagi pembeli dan pedagang warteg.

“Tetapi bila vaksin dijadikan dasar semua kegiatan kiranya perlu pertimbangan yang sangat matang, contoh bila buat makan di warteg akan terasa berlebihan sepertinya bila vaksin menjadi syarat utama,” imbuh Rani.

Ktua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani

“Perlu diketahui banyak memang masyarakat yang belum dapat divaksin dikarenakan ada beberapa faktor seperti misalnya bagi warga yang memiliki riwayat penyakit tertentu seperti auto imun rata-rata belum berani divaksin, terus mereka nggak boleh gitu makan atau beli makanan di warteg atau resto?” tanya Rani.

Namun, beberapa kegiatan, terang Rani, perlu ada syarat vaksinasi. “Aturan masuk ke tempat wisata umum, atau bila perlu masuk mal boleh juga deh,” jelasnya.

Wagub Buka Suara

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan alasan aturan pedagang dan pengunjung warung makan, seperti warteg, pedagang kaki lima, dan lapak jajanan wajib sudah divaksinasi Corona. Dia mengatakan aturan itu dibuat untuk mengurangi potensi penyebaran COVID-19.

“Kebijakan ini diambil untuk mengurangi potensi penyebaran,” kata Riza secara virtual kepada wartawan, Sabtu (31/7/2021).

Riza mengatakan ada potensi penyebaran COVID-19 melalui droplet di tempat makan. Riza mengatakan orang yang sedang makan pasti melepas masker.

“Karena sesungguhnya, ketika kita makan, itu tidak ada pilihan, kita pasti membuka masker. Ketika membuka masker inilah potensi droplet penyebaran virus terjadi. Jadi saya kira kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi potensi penyebaran,” tuturnya.