Ketahui Cara Tepat untuk Atasi Radang Usus Kronis atau IBD

Kesehatan057 views

Inionline.id – Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal tentang penyakit Imflammatory Bowel Disease (IBD) atau radang usus kronis. Kurangnya pengetahuian ini menyebabkan diperlukan juga pengetahuan yang memadai untuk mengatasi radang usus kronis ini.

dr. Rabbinu Rangga Pribadi, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSCM-FKUI beberapa waktu lalu menyatakan bahwa pengobatan IBD sangatlah dinamis karena proses penyakitnya yang juga dinamis, artinya di satu waktu IBD dapat terkontrol dengan obat serta diet, namun di waktu lainnya penyakit tersebut dapat mengalami kekambuhan.

“Pada dasarnya, kesulitan pertama yang paling sering dihadapi adalah memastikan diagnosis pada pasien tersebut apakah IBD atau radang usus yang disebabkan infeksi lainnya. Kesulitan kedua yang juga paling sering dihadapi adalah terbatasnya akses pasien terhadap agen biologik karena masalah biaya,” kata dr. Rabbinu dilansir dari Antara.

Kesadaran dan pengetahuan tentang IBD sangat diperlukan, bagi pasien IBD, keluarga, caregiver dan masyarakat luas agar kesadaran terhadap bahaya IBD semakin meningkat. Saat didiagnosis IBD, pasien perlu memahami bahwa proses peradangan pada penyakit ini dapat mereda jika berkomitmen menjalani pengobatan dan modifikasi gaya hidup dengan pola makan yang sesuai dengan tingkatan IBD serta berolahraga.

Disarankan pula untuk berkumpul dengan pasien-pasien IBD lain untuk dapat saling berbagi pengalaman dan saling menguatkan.

“Perlu ada edukasi berkelanjutan untuk mendidik berbagai pihak bahwa beban penyakit ini terus meningkat,” kata dr. Rabbinu.

Perlu Diagnosis yang Tepat

Sementara itu, Prof. dr. Marcellus Simadibrata, Ph.D, Sp.PD, KGEH, FACG, FASGE, Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI mengatakan, perlu ada pemeriksaan yang benar bagi pasien IBD. Diagnosis IBD ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, temuan patologi, radiologi, endoskopi (untuk Crohn’s Disease) dan kolonoskopi (untuk kolitis ulseratif/UC).

“Pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan untuk membantu, meskipun yang utama, dalam penegakan diagnosis. Misalnya seperti tes untuk anemia atau infeksi dan stool studies (tes darah atau organisme tersembunyi seperti parasit dalam feses),” kata Prof. Marcellus.

Tatalaksana penyakit IBD bisa lewat terapi obat, operasi pembedahan, atau kombinasi keduanya. Bisa dilakukan terapi simtomatis, terapi step-wise, atau intervensi pembedahan.

“Beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengobati IBD, seperti aminosalisilat, kortikosteroid (seperti prednison), dan imunomodulator. Beberapa jenis vaksinasi direkomendasikan juga bagi pasien IBD sebagai bentuk pencegahan infeksi,” ujar Prof. Marcellus.

Prof. Marcellus juga mengatakan bahwa IBD yang kronis mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat bagian saluran pencernaan yang rusak. Namun di saat ini, dengan adanya kemajuan dan inovasi dalam pengobatan dmenggunakan obat-obatan, tindakan pembedahan sudah jarang dilakukan.