Di Masa Pandemi COVID-19 Gangguan Penglihatan Akibat Radiasi Gawai Rentan Terjadi

Kesehatan057 views

Inionline.id – Salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari adalah penggunaan gawai atau gadget. Penggunaan gawai ini kemudian semakin intens pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang.

Banyak anak yang sebelumnya dibatasi jamnya dalam penggunaan gawai, kini menjadi menggunakannya lebih lama terutama untuk belajar. Pada orang dewasa, hal yang sama juga dialami.

Kondisi berlama-lama menghabiskan waktu di depan layar ini tentu tidak ideal dan bisa mengakibatkan masalah penglihatan. Hal ini terutama disebabkan radiasi dari layar dan gawai.

“Darurat mata termasuk kondisi tatkala orang sudah tidak mampu lagi bekerja dan atau belajar lewat komputer/gadget. Tidak hanya akibat kecelakaan yang bisa dikategorikan emergency,” terang Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhD, guru besar ahli penyakit mata Universitas Indonesia, dalam rilis yang diterima Merdeka.com.

Beberapa waktu yang lalu, Prof. Tjahjono dalam perbincangan di ruang praktiknya di gedung Jakarta Eye Center, mengungkapkan ada rekannya seorang guru besar yang menyampaikan tidak lagi mampu bekerja dengan komputer dan minta perawatan matanya. Juga ada orang tua yang menyampaikan kondisi anaknya yang masih usia sekolah terganggu proses belajarnya melalui Zoom karena gangguan penglihatan.

Kondisi yang dialami oleh sejumlah orang ini menyebabkan JEC (Jakarta Eye Center) yang terletak di Jakarta Pusat sempat dipenuhi pasien yang antre.

“Ini bisa dikatakan keadaan darurat, karena mata menjadi alat vital untuk hidup, penghidupan dan proses belajar mengajar,” katanya.

Prof. Tjahjono mengungkap bahwa tidak mungkin melarang orang yang terganggu penglihatannya untuk datang ke rumah sakit mata. Padahal beberapa waktu lalu ada imbauan hanya orang-orang yang mengalami sakit gawat darurat yang boleh ke rumah sakit, untuk mencegah penularan COVID-19.

Resep Hindari Masalah Mata

Ahli penyakit mata itu menyampaikan resep untuk menghindari gangguan penglihatan, yakni 20:20:20. Maksudnya, setelah di depan komputer selama 20 menit, harus berhenti selama 20 detik dan kemudian melihat sesuatu yang berjarak 20 meter.

Bisa dibayangkan kemungkinan generasi muda Indonesia akan mengalami gangguan penglihatan karena sejak balita sudah terbiasa terpapar oleh layar. Secara seloroh, orang bisa mengatakan COVID-19 telah membuat hari depan dokter mata dan industri optik punya kehidupan cerah.

Indonesia tercatat juga memiliki penderita katarak dalam jumlah tinggi. Hal ini juga dibarengi dengan tingginya angka kebutaan. Oleh karena itu, berbagai lembaga sosial aktif melakukan kegiatan operasi katarak gratis. Dompet Dhuafa pun tergerak melakukan gerakan kemanusiaan ini yang dikemas dalam program APDC (Aksi Peduli Dampak Corona).

Prof. Tjahjono juga tercatat mantan anggota komnas (PGPK0) Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan dan sejak puluhan tahun lalu giat dalam aksi peduli kesehatan mata. Selain itu, ia juga mantan Ketua PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia).