Pangeran Saudi Dapat Karpet Merah Saat Murder Strains Ties A.S.

Internasional357 views

Inionline.Id – Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman bersama rombongan memasuki wilayah udara Pakistan untuk memulai tur akbar di Asia. Sebuah armada jet tempur F-16 mengawal pesawat kerajaannya. Sambutan hangat serta karpet merah diberikan oleh Pakistan kepada sang pangeran mengingat Pakistan bergantung pada uang Saudi untuk menghindari krisis keuangan negaranya, dengan kesepakatan awal senilai $ 20 miliar ditandatangani pada hari pertama kesepakatan.

Pertemuan yang digelar pada (19/02), ini juga mencairkan suasana ketegangan pemimpin Saudi dengan pihak barat setelah pembunuhan kritikus Jamal Khashoggi pada bulan Oktober tahun lalu. Hubungan Saudi dengan negara-negara Asia telah berubah selama satu dekade terakhir saat mereka menggantikan A.S. sebagai pembeli minyak utama kerajaan. Pangeran berusia 33 tahun ini sampai sejauh ini selalu mendapat sambutan hangat di setiap negara yamg dia kunjungi.

Tetapi ketika Pangeran Mohammed mencoba untuk membentuk kembali monarki konservatif dan menantang Iran untuk mendominasi di Timur Tengah, tidak ada satu negara pun yang tetap memperbaiki hubungan dengan Washington.

Hubungan kerajaan dengan Asia “sebagian besar bersifat transaksional,” kata Robert Jordan, mantan duta besar AS untuk Arab Saudi. Tidak ada kerjasama atau hubungan dalam bidang keamanan. Selain itu Jordan juga memastikan bahwa tidak ada satu pun negara Asia yang benar-benar dapat memberikan payung keamanan bagi Saudi jika mereka menghadapi ancaman eksistensial.

Hanya beberapa hari sebelum dimulainya perjalanan putra mahkota Asia, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat yang dikendalikan Partai Demokrat memberikan saran untuk Donald Trump agar menarik pasukan AS dari konflik yang dipimpin Saudi di Yaman. Beberapa anggota parlemen di Senat, termasuk tokoh Republik, telah mengancam untuk menjatuhkan sanksi terhadap kerajaan setelah pembunuhan dan pembubaran Khashoggi oleh agen pemerintah di konsulat Saudi di Istanbul.

Tom Barrack, teman lama sekaligus sekutu Trump, mempersoalkan keributan pekan lalu dengan menyatakan bahwa itu merupakan kesalahan untuk menilai Arab Saudi atas kematian Khashoggi. Barrack, yang sering muncul di televisi untuk melawan kritik terhadap pernyataan dan kebijakan Trump, dengan cepat meminta maaf dan menyatakan pembunuhan itu tercela.

“Jelas hubungan AS-Saudi sedang melalui masa sulit dan tidak diragukan dengan mayoritas Demokrat di DPR maka masalah ini akan semakin besar,” kata Marcelle Wahba, mantan duta besar AS untuk Uni Emirat Arab yang sekarang Presiden Institut Negara-Negara Teluk Arab di Washington.

“Jadi tentu saja bepergian ke Timur Jauh tentu akan menjadi penangguhan hukuman baginya,” katanya. “Tapi kekhawatiran atas perang di Yaman, pembunuhan Khashoggi, dan aktivis perempuan yang dipenjara, tidak akan hilang di AS”.

Pentingnya pasokan minyak Saudi ke AS – elemen kunci dalam hubungan sejak pertemuan tahun 1945 antara Raja Abdul-Aziz Al Saud dan Presiden Franklin D. Roosevelt – telah berkurang dengan meningkatnya produksi minyak AS.Kerajaan, di sisi lain, tetap menjadi pembeli utama senjata Amerika dan banyak investasi globalnya dalam dollar. 

Pangeran Mohammed mendapat dukungan dari Trump dan Jared Kushner, menantu lelakinya yang berpengaruh. Mereka melihat kerajaan Saudi sebagai elemen kunci dalam desakan AS untuk mengisolasi Iran. Awal bulan ini, Gedung Putih mengatakan presiden mungkin mengabaikan permintaan kongres bahwa ia menentukan apakah pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. Pejabat Saudi telah berulang kali menjauhkan putra mahkota dari pembunuhan.

“Orang Saudi dipandang sebagai benteng utama menentang ekspansi Iran,” kata Jordan, mantan duta besar.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *