Jelang Pemilu 2019, Sri Mulyani Bandingkan Ekonomi Indonesia dengan India

Ekonomi057 views

Jakarta, Inionline.Id – Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani memberikan pernyataan positif mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia jelang pemilu 2019 di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Selasa (19/02). Dirinya membandingkan perekonomian Indonesia dengan India dimana data yang dimilikinya menyebutkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada 2019 terus menguat dan bergerak menuju arah yang positif. Meskipun, saat ini Indonesia berada di tengah-tengah tahun politik dan kencangnya prediksi internasional bahwa perekonomian global akan melambat.
Walaupun tidak menjelaskan secara rinci angka-angka yang menunjukkan penguatan ekonomi itu pada Februari 2019, Sri Mulyani mengaku perekonomian Indonesia yang hanya dalam dua bulan lagi memasuki pemilihan umum mampu menguat secara stabil dan merupakan kondisi yang baru. Dirinya juga menjelaskan karena banyak negara pada 2019 yang tidak mampu menjaga perekonomiannya sekuat Indonesia. Misalnya saja ekonomi China yang terus mengalami perlambatan, hingga perekonomian India yang mengalami kondisi serupa karena sama-sama memasuki tahun politik seperti Indonesia.
“China ekonominya melemah, India menjelang pemilu ekonominya juga rada melemah. Sebenarnya untuk Indonesia hanya dua bulan dari pemilu dan ekonominya makin menguat itu agak exceptional sih,” ujarnya. Meski begitu, pemerintah tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam APBN 2019 sebesar 5,3 persen atau meningkat dari capaian 2018 yang sebesar 5,17 persen.
Selain itu, defisit APBN yang ditargetkan pemerintah tetap ditekan untuk semakin rendah dari target 2018 yang sebesar 2,5 persen menjadi 1,84 persen pada 2019. Padahal Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), maupun lembaga-lembaga internasional lainnya, dikatakan Sri, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global melambat dari yang diperkirakan 3,9 persen kemudian direvisi menjadi 3,7 persen dan kembali direvisi menjadi 3,5 persen.
Ditambahkan pula perdagangan internasional diperkirakan stagnan di kisaran empat persen akibat dari semakin nyatanya dampak perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, semakin nyatanya dampak kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS yang naik empat kali pada 2018.

“Artinya ekonominya kuat tapi APBN-nya tetap sehat karena banyak juga ekonomi negara lain menjelang pemilu kuat tapi APBN-nya berdarah-darah karena populis banget. Tapi kita dalam situasi di mana APBN-nya sehat, ekonominya kuat dan menjelang pemilu,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *