Akibat Larangan Trump, Sektor Pariwsata AS Anjlok

Meskipun perintah eksekutif Presiden Trump yang melarang warga dari 7 negara, yang disebut travel ban, ditangguhkan sementara, mulai terlihat tanda-tanda kerugian keuangan dalam sektor perjalanan dan wisata, yang dapat terus menghambat triliunan dolar itu pada bulan-bulan mendatang.

Meskipun perintah eksekutif Presiden Trump yang melarang warga dari 7 negara, yang disebut travel ban, ditangguhkan sementara, mulai terlihat tanda-tanda kerugian keuangan dalam sektor perjalanan dan wisata, yang dapat terus menghambat triliunan dolar itu pada bulan-bulan mendatang.
Ketidakpastian itu buruk bagi bisnis. Meskipun larangan perjalanan Presiden Trump yang kontroversial itu hanya sempat berlaku selama satu minggu, industri pariwisata global sudah mulai mengalami dampak keuangan yang tidak diinginkan.
Pengamat industri perjalanan, Henry Harteveldt menjelaskan lewat Skype.
“Orang-orang mulai merencanakan liburan musim panas mereka 90 hari atau lebih sebelumnya. Mereka mulai melakukan penelitian, dan jika kita terlihat kurang menarik, itu hanya akan membuat AS makin kurang menarik sebagai tujuan wisata,” ungkapnya.
Menurut perusahaan data perjalanan, ForwardKeys pemesanan bersih tiket penerbangan ke AS secara keseluruhan turun 6,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Data yang dikumpulkan oleh Global Business Travel Association menghitung bahwa penurunan satu persen pembelanjaan perjalanan bisnis tahunan AS akan mengakibatkan produk domestik bruto berkurang 5 miliar dolar, seiring dengan hilangnya 71.000 pekerjaan.
Presiden Trump, dalam sebuah pertemuan dengan para eksekutif maskapai penerbangan AS, berusaha untuk meredakan keprihatinan mereka.
“Kita memiliki sistem pesawat yang usang, kereta dan bandara yang usang. Jalan-jalan di Amerika buruk. Kita akan mengubah semua itu. Anda semua akan sangat senang dengan langkah saya,” ujar Trump.
Meskipun pembangunan kembali infrastruktur akan menciptakan lapangan kerja, pakar kebijakan perdagangan Dan Ikenson dari lembaga CATO mengatakan, travel ban dapat mengimbas pekerja khusus dalam bidang-bidang seperti teknologi.
“Ancaman bahwa pembatasan ini akan meluas akan menghambat bisnis dan investasi. Perusahaan yang mungkin telah mempertimbangkan beroperasi di Amerika, atau perusahaan AS yang ingin mendirikan afiliasi dan anak perusahaan di luar negeri, akan menangguhkan rencana mereka,” kata Ikenson.
Para wisatawan di Times Square New York merasa ragu-ragu apakah akan berwisata lagi ke Amerika, mengingat kemungkinan bahwa travel ban akan diberlakukan kembali.
Seperti dikatakan Yutchika Sirohi dari India, “Saya akan lebih nyaman pergi ke London dibandingkan dengan New York, karena London tidak memberlakukan larangan ini, sehingga Anda akan merasa lebih nyaman pergi ke sana.”
Apa yang mendorong wisatawan asing berkunjung ke New York City, selain belanja, makan, dan hiburan adalah, keragamannya. Kebanyakan orang di sini setuju bahwa itulah yang membuat kota dan negara ini hebat. (VOA)