Wakil Ketua DPRD Jabar Jadi Imam dan Khatib Shalat Ied di Tajurhalang Bogor, Begini Pesannya kepada Masyarakat

Antar Daerah957 views

Bogor, Inionline.id – Wakil Ketua DPRD Jabar Achmad Ru’yat menjadi imam sekaligus khatib shalat ied di hari raya Idul Fitri kali ini.

Berlokasi di Masjid Ar-Rahmah, Komplek Perumahan Parung Permata Indah, Kelurahan Kalisuren, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Ru’yat tiba dilokasi pukul 06.15 WIB dan nampak sudah dinantikan oleh warga sekitar.

Mantan Wakil Wali Kota Bogor ini membawakan tema khutbah yaitu waspada terhadap berita bohong (hoax).

“Salah satu yang harus kita waspadai sejak dulu hingga kini adalah berita atau informasi bohong (hoax) mewarnai kehidupan kita. Lebih menyakitkan adalah berita fitnah yang membuat orang termakan berita,” ujarnya, Rabu (10/04/2024).

“Mereka akan menganggap
buruk bahkan sangat buruk orang yang sebenarnya baik,
bahkan sangat baik.
Istri Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam, yaitu
Aisyah radhiyallahu anha yang merupakan putri dari Abu
Bakar Ash Shiddik mengalami hal ini. Aisyah radhiyallahu
anha diberitakan berselingkuh hanya karena ia berdua dengan
Shafwan sepulang dari medan perang. Berduaan itu pun bukan
unsur kesengajaan, tapi ia tertinggal rombongan karena harus
buang hajat dan Shafwan yang pulang belakangan
mendapatinya sendirian. Maka pilihan terbaik adalah Aisyah
menunggang untanya Shafwan dan Shafwan berjalan kaki
menuntun unta itu.
Ketika orang munafik melihatnya, maka ia memberitakan
kepada seorang sahabat yang bernama Mistah bahwa Aisyah
berselingkuh dan Mistah menyampaikannya lagi kepada banyak orang, begitu cepat berita bohong itu tersebar hingga
sampai ke telinga Rasulullah saw dan Abu Bakar ash Shiddik,” lanjut Ru’yat.

Banyak orang termakan berita ini, termasuk Rasulullah SAW
hingga hubungannya dengan Aisyah menjadi guncang yang
merusak keharmonisan suami istri.
Namun demikian, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Karena
itu, setiap kita harus waspada dan jangan sampai menjadi
bagian dari penyebar berita bohong. Ini bukanlah karakter
orang beriman, tapi justru yang tidak beriman atau yang sudah
rusak keimanannya,” imbuh Ru’yat.

Pria yang terpilih ke DPR RI periode 2024-2029 ini menambahkan, agar tidak rusak hubungan sosial dengan
sebab adanya berita bohong, maka Allah swt memberikan
arahan kepada Abu Bakar Ash Shiddik yang juga berlaku buat seluruh umat muslim dengan empat arahan.

“Pertama, kemarahan dan
kekecewaan jangan membuat orang yang berkemampuan tidak
mau lagi membantu orang yang tidak mampu, apalagi ia sangat
membutuhkan bantuan. Keutamaan yang ada pada diri kita
seharusnya tidak sampai bersikap berlebihan. Memang kita
punya mau, orang yang dibantu berlaku baik kepada orang
yang membantu, jangan sampai mengecewakan dan
menyakitkan perasaan, tapi ada saat seseorang melakukan
kekeliruan. Membantu orang yang miskin merupakan karakter
orang yang shalih dan bertakwa kepada Allah swt. Karena itu,
kekecewaan kepada orang yang biasa kita bantu tidak boleh
sampai menghentikan bantuan kepadanya,” tandas Ru’yat.

“Kedua arahan kepada Abu Bakar yang berarti kepada kita
semua adalah wal ya’fuw atau memaafkan. Ini merupakan sifat
yang amat mulia, karenanya menjadi salah satu ciri orang yang bertakwa. Memaafkan itu tidak harus menunggu orang yang
salah meminta maaf, jangankan ia minta maaf, tidak minta
maaf juga kita sudah memaafkannya, inilah takwa yang sejati,” tambahnya.

“Tapi bila orang tidak bertakwa, orang yang salah minta
maafpun, ia tidak mau memaafkannya. Padahal bila kita
bersalah pada orang lain, kita ingin sekali mendapatkan maaf
darinya, lalu mengapa kita tidak mau memaafkan orang lain.
Karena itu, meskipun besar kekecewaan Abu Bakar kepada
penyebar berita bohong, sikap terbaik adalah memaafkannya.
Dalam konteks kehidupan sekarang, bila penyebar berita
bohong harus dipenjarakan, jutaan orang akan masuk ke
penjara, karena begitu banyak orang yang menyebarkannya
melalui media sosial. Kata afwu diartikan meninggalkan sanksi
terhadap yang bersalah. Memaafkan berarti menghapus, habis
tiada berbekas,” kata Ru’yat.

Arahan ketiga adalah wal yashfahu atau berlapang dada. Pakar
Bahasa Al Quran ar Raghib al Ashfahani seperti yang dikutip
oleh M Quraish Shihab menjelaskan bahwaash shafh berada
pada tingkat yang lebih tinggi dari al afwu. Dari akar kata ash
shafhlahir kata shafhat yang antara lain berarti lembaran yang
terhampar, ini memberi kesan bahwa yang melakukannya membuka lembaran baru, putih bersih, belum pernah dipakai apalagi dinodai oleh sesuatu.

Dengan demikian, sesudah
memaafkan kesalahan orang lain, setiap kita sudah merasa
tidak pernah ada masalah, tidak ada hambatan psikologis atau
kejiwaan dalam berinteraksi kepada orang yang pernah
bersalah. Dari sini berkembang pula apa yang disebut dengan
al mushafahah, berjabatan tangan atau bersalam-salaman,
karena orang yang berlapang dada mau berjabatan tangan.

“Dan keempat, arahan untuk Abu Bakar dan kita semua dalam
menghadapi kesalahan orang lain adalah mengutamakan
ampunan dari Allah ketimbang menuruti emosi kemarahan.
Karenanya, sebesar-besarnya kekecewaan dan kemarahan kita
kepada orang lain, apalagi kepada keluarga sendiri, jangan
sampai kita menumpahkan kemarahan, apalagi sampai
mengakibatkan risiko yang lebih besar. Ibadah puasa mendidik
kita untuk mampu mengendalikan emosi karena ampunan
Allah swt yang lebih kita utamakan,” pungkas Ru’yat.