Harga Beras Premium Masih Belum Turun Menurut Pantauan Kemendag di 649 Pasar

Berita1057 views

Inionline.id – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan harga beras premium belum ada yang turun pada pekan ini.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan hal itu diketahui berdasarkan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di 649 pasar.

Isy mengatakan tingginya harga beras premium itu terjadi di semua daerah pantauan, yakni Region A (Jawa, Sulawesi, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTB), Region B (Sumatera lainnya, Kalimantan, NTT), dan Region C (Maluku, Papua).

“Untuk beras premium-nya ini masih, seluruh daerah yang kami pantau belum terjadi penurunan harga,” ucap Isy dalam ‘Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan’ di Jakarta, Senin (4/3).

Ia merinci beras premium ini sebenarnya ada kenaikan harga. Namun, kenaikanĀ itu tak setinggi pada pekan sebelumnya.

Berdasarkan bahan paparannya, harga beras premium di Region A dipatok Rp16.200 per kg. Lalu, di Region B Rp16.700 dan Region C Rp18.800 per kg.

Artinya harga tersebut jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang sebesar Rp13.900 per kg.

Sementara, untuk harga beras medium di Region A tercatat sebesar Rp15.200 per kg. Angka ini naik dibandingkan pekan lalu yang hanya sebesar Rp14.800 per kg.

Lalu, di Region B harga beras medium dipatok Rp15 ribu. Harga ini masih sama dengan pekan sebelumnya.

Kemudian, harga beras medium di Region C dipatok Rp15.700 per kg. harga ini naik dibanding pekan lalu yang sebesar Rp15.500 per kg.

Terpisah, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso pesimis harga beras premium akan kembali ke HET.

Harga beras turun kembali ke HET memang menjadi harapan para pengusaha. Namun, Sutarto menyebut kenyataannya di lapangan hal itu sulit dicapai.

“Sepertinya akan sulit beras premium untuk kembali ke Rp13.900 (HET). Apalagi beras medium lebih sulit untuk kembali ke Rp10.900,” ujar dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (29/2) lalu.

Menurutnya, hal ini dikarenakan harga gabah di tingkat petani tidak akan kembali ke harga semula, kecuali pasar terus dibanjiri beras impor.

Namun, ia mengingatkan jika Indonesia dipaksakan dengan dibanjiri beras impor terus menerus, harga dalam negeri akan jatuh sehingga petani tidak akan bergairah menanam padi.

Sutarto pun memperkirakan beras premium hanya bisa turun di kisaran Rp15 ribu. Sementara beras medium, yang sangat bervariasi dan tergantung kualitas, diperkirakan bisa turun di kisaran Rp11.500-Rp13 ribu.

Sutarto sebelumnya memproyeksi kelangkaan dan mahalnya harga beras berlangsung setidaknya sampai akhir Maret 2024. Hal ini terjadi karena panen di Maret tidak terlalu besar dan cenderung di bawah normal.

“Kondisi seperti ini masih akan berlangsung sampai dengan akhir Maret,” kata dia.