Soal Potensi Awal Ramadan Tahun Ini Berbeda Lagi, Wamenag Buka Suara

Headline, Nasional957 views

Inionline.id – Saiful Rahmat Dasuki Wakil Menteri Agama (Wamenag) menganggap biasa jika awal bulan Ramadan tahun 1445 H/2024 ini potensial berbeda antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

“Wah, sudah biasa, sudah biasa,” kata Saiful di Hotel Aston, Grogol, Jakarta, Rabu (28/2).

Saiful mengatakan perbedaan itu sudah biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Baginya, terpenting di bulan puasa adalah esensi menjalankan ibadahnya.

“Yang penting kan pada puasanya, kalau berbeda mah biasa,” kata dia.

Pihak BMKG sebelumnya memprediksi perbedaan penetapan awal Ramadhan 1445 Hijriah di Indonesia berdasarkan ketinggian hilal untuk menentukan awal bulan Ramadan.

Dalam kajiannya yang bertajuk ‘Informasi Prakiraan Hilal Saat Matahari Terbenam Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 Penentu Awal Bulan Ramadan 1445 H,’ BMKG mengungkap ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret, berkisar antara 0,33 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatra Barat.

Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua, sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.

Penentu awal bulan hijriah, termasuk Ramadhan, versi Kementerian Agama dan Nahdlatul Ulama memakai kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Patokan utamanya adalah hilal punya ketinggian 3 derajat dan elongasi atau jarak sudut Bulan-Matahari 6,4 derajat. Di bawah angka-angka itu, belum dianggap masuk bulan hijriah baru.

Muhammadiyah 1 Ramadan 11 Maret
Sementara Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret, berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid.

Meski begitu, Kemenag baru akan menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal puasa atau 1 Ramadan pada 10 Maret mendatang. Sidang dilakukan secara daring dan luring (hybrid) di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Kirim 500 dai selama Ramadan

Di sisi lain, Saiful mengatakan Kemenag akan mengirimkan 500 dai ke wilayah terpencil, terdepan, dan terluar untuk berdakwah selama bulan suci Ramadan tahun ini.

“Partisipasi program ini merupakan pilihan hidup yang tidak mudah. Tidak bisa dinilai materi, tetapi bernilai hidup yang berharga bagi sahabat-sahabat mulia,” kata dia.

Saiful berpesan para dai mampu menjaga dan memperkuat kebinekaan di daerah yang akan menjadi tempat tugasnya. Ia juga meminta dai untuk berdakwah dengan prinsip dakwah saling asah saling asuh, tanpa memandang latar belakangnya.

“Para dai harus mampu menjahit keharmonisan di tengah masyarakat, dan ketiga tentang legacy 1000 Kampung Moderasi yang telah di-launching tahun sebelumnya adalah program prioritas Kemenag untuk ikut memperkuat negara dan bangsa Indonesia dalam bingkai kebinekaan,” pesannya.

Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan pengiriman dai untuk meningkatkan dakwah Islam yang inklusif dan berprinsip moderasi beragama.

“Kita tidak hanya akan kirim dai-dai sebanyak 500 orang ke wilayah 3T, tetapi juga mengirim dai ke luar negeri, dai ke Amerika, Korea Selatan, dan yang akan datang ke Uni Emirat Arab,” kata Kamaruddin.