Siap-siap Musim Hujan Kering, Ahli Klaim El Nino Ikut Bikin Jawa Panas

Iptek757 views

Inionline.id – Pakar klimatologi di Badan Riset dan Invasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menjelaskan sejumlah penyebab panas di Jawa saat musim hujan, mulai dari fenomena El Nino, udara kering dari selatan Jawa hingga hingga bibit sikon tropis di Filipina dan Samudra Pasifik Utara.

Menurut Erma, alasan pertama cuaca panas dan kering di musim hujan yang dirasakan Pulau Jawa adalah intrusi udara kering dari selatan Jawa dan Australia yang mengalami musim panas.

“Intrusi udara kering dari selatan Jawa dan Australia yg sedang mengalami musim panas. Udara kering itu dibawa oleh angin selatan yg kini dominan di atas Jawa,” katanya dalam sebuah utas di X (sebelumnya Twitter), Selasa (19/12).

Kemudian, El Nino yang semakin menguat juga menjadi alasan kedua cuaca panas ini. Jika merujuk data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kamis (21/12), penanda fenomena El Nino yakni yakni Southern Oscillation Index (SOI) dan NINO 3.4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, masing-masing bernilai -1,4 (netral) dan +1,61.

Lebih lanjut, Erma mengungkap bahwa intensitas El Nino diprediksi memuncak pada Desember hingga Januari.

“Hal ini ditandai dg pendinginan suhu muka laut hingga lapisan termoklin di dekat Papua yg semakin meluas dan menebal. Jika laut dingin maka awan dan hujan sulit terbentuk,” katanya.

Erma menyebut El Nino 2023 memiliki pola yang mirip dengan yang terjadi pada 1997. Kala itu,. terjadi defisit curah hujan sekitar 500-700 milimeter selama Desember hingga Februari.

Kemudian, IOD positif dan MJO saat ini disebut lemah dan berada pada fase 7 di Samudra Pasifik yang menyebabkan potensi kecil terbentuknya awan di Samudra Hindia yang menuju ke Indonesia.

Penyebab terakhir adalah bibit siklon tropis di Filipina dan Samudra Pasifik Utara 18W dan 12W yang berperan menahan awan dari utara menjalar ke selatan menuju Indonesia.

“Jadi jelas ya, tidak ada potensi aliran hujan dari utara (terhalang siklon), barat (IOD+MJO lemah), serta timur (El Niño kuat). Sedangkan dari selatan ada perlambatan udara kering dan panas dari Australia. Inilah yg bikin panas dan kering,” tutur Erma.

“Sifat musim hujan yg kering ini telah saya beberkan sejak awal pembentukan El Niño, bahwa kita harus bersiap dg musim hujan yg kering pada tahun 2023-2024,” tambahnya.

Lebih lanjut, Erma mengatakan cuaca panas dan kering ini akan bertahan di Pulau Jawa setidaknya selama dasaran 2 dan 3 Desember.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengungkap kondisi suhu panas dan cuaca terik pada siang hari terjadi di beberapa wilayah, terutama di sekitar selatan ekuator, yakni mayoritas di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan kondisi panas terik di sekitar selatan ekuator belakangan ini dipengaruhi oleh kondisi tekanan rendah.

“Kurangnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara tersebut turut dipicu oleh aktivitas pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Senin(18/12).

Hal ini, lanjut Guswanto, “menyebabkan berkurangnya aliran massa udara basah ke arah selatan ekuator.”

Potensi peningkatan curah hujan di Jawa sendiri baru akan terjadi pada 23 Desember mendatang.