Di Pos Registrasi Pendaki Mengaku Tak Diberitahu Status Gunung Marapi

Headline, Nasional2557 views

Inionline.id – Saat melapor di pos registrasi pendaki selamat dari erupsi Gunung Marapi, Benget Hasiholan, mengaku tidak mendapatkan pemberitahuan status gunung api tersebut.

Saat mulai mendaki, Benget mengaku tak khawatir karena ia dan para petugas di Pos 1 registrasi juga sempat bercengkrama tanpa adanya pemberitahuan soal status aktif gunung dengan ketinggian 2.885 meter tersebut.

“Di Pos 1 itu awalnya kami hanya santai saja berbincang dengan para petugas pos,” ujar Benget saat dihubungi, Sabtu (9/2) via sambungan telepon.

“Sejujurnya, kami tidak ada mendapatkan peringatan dan pemberitahuan apapun bahwa gunung Marapi sedang status Level II (Siaga),” ujar Benget.

“Jadi kami betul-betul tidak tahu kalau Marapi lagi aktif-aktifnya,” sambungnya.

Saat ini, Gunung Marapi berstatus Level II (Waspada), satu tingkat di atas Level I (Normal) atau masih di bawah Level III (Siaga) dan Level IV (Awas).

Menurut situs Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta, Level Waspada berarti, berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental mulai teramati atau terekam gejala peningkatan aktivitas gunung api.

Pada beberapa gunung api juga dapat terjadi erupsi, tetapi hanya menimbulkan ancaman bahaya di sekitar pusat erupsi berdasarkan karakteristik masing-masing gunung api.

Panik tapi bantu

Mendapat lampu hijau di pos registrasi, Benget dan rombongannya mulai mendaki pada Sabtu (2/12) sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka menghabiskan malam di sekitar area camp Cadas Gunung Marapi sebelum bergerak menuju puncak di hari berikutnya.

Benget merasa yakin untuk tetap mendaki bersama rombongannya karena cuaca yang normal untuk naik ke atas gunung.

“Waktu pendakian itu, cuacanya sebenarnya normal untuk pendakian gunung. Karena meskipun di jalur ketemu hujan dan kabut beberapa kali, itu normal, biasa terjadi di gunung,” jelasnya.

Rombongannya yang beranggotakan 10 orang dari Mapala Batara Fakultas Hukum Universitas Riau sudah mencapai puncak Gunung Marapi hingga pukul 10.00 WIB di hari erupsi, Minggu (3/12) WIB.

Usai mencapai puncak, Benget dan anggota timnya kembali ke area camp di cadas Gunung Marapi untuk makan siang hingga pukul 14.00 WIB dan bersiap turun.

Meski sempat menyaksikan adanya hujan bebatuan yang turun, Benget bersama seluruh rombongan dan 4 pendaki lainnya sukses menyelamatkan diri menuju pos BKSDA terdekat.

Benget mengaku para petugas di Pos 1 tetap tanggap dalam proses penyelamatan dan evakuasi para pendaki, meski ada rona kepanikan dari seluruh pihak di momen itu.

“Mereka panik, jelas, namun mereka berusaha membantu dengan mengantar jemput agar lebih dekat ke pos, mereka juga menenangkan diri dari setiap pendaki yang sudah turun dengan selamat,” kisahnya.

Kantor SAR Kota Padang sebelumnya mencatat 75 pendaki berada di Gunung Marapi, Sumatra Barat, saat terjadi erupsi.

Dari total 75 pendaki yang terdata berada di Gunung Marapi saat erupsi, tercatat ada 52 orang yang selamat, sementara 23 pendaki lainnya dinyatakan meninggal dunia.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin sempat menyoroti alat deteksi erupsi di Gunung Marapi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan alat deteksi dini erupsi beroperasi normal saat Gunung Marapi, Sumatera Barat, meletus pada Minggu (3/12).

“Aman, semua alat beroperasi,” kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan saat dihubungi, Kamis (7/12).

Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM Ahmad Basuki menampik adanya kehilangan alat deteksi dini erupsi di Gunung Marapi.

“Yang hilang hanya dua aki saja, bukan sensornya. Jika yang dicuri aku itu bisa langsung diganti karena umumnya ada cadangan aku di pos pantau,” kata dia.