Sepanjang 2023 Sebanyak 29 Warga NTT Tewas Akibat Gigitan Anjing Rabies

Antar Daerah757 views

Inionline.id – Sepanjang 2023 ini Disdukcapil Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat setidaknya ada sebanyak 29 warga provinsi itu meninggal dunia akibat terkena gigitan anjing rabies.

Data kematian sepanjang Januari-November 2023 itu terbanyak ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Kadisdukcapil NTT Ruth Laiskodat mengatakan dari 29 kasus meninggal dunia akibat terinfeksi rabies di Kabupaten TTS adalah 11 angka kematian. Selain itu di Pulau Timor, kata dia, angka tertinggi kedua ada di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sebanyak dua orang meninggal dunia.

“Untuk di Pulau Flores, ada 16 korban meninggal dunia yakni di Sikka lima orang, Ende lima orang, Manggarai tiga orang, Manggarai Timur 2 orang dan di Kabupaten Nagekeo satu orang meninggal,” ujarnya, Selasa (28/11).

Dia juga menyampaikan, sepanjang 2023 ini, total kasus gigitan anjing terhadap manusia di NTT yang dilaporkan ada sebanyak 17.860 kasus.

Menurut Ruth, penyebab utama kematian akibat gigitan anjing di NTT kebanyakan karena korban terlambat mendatangi fasilitas kesehatan untuk diobati atau bahkan tidak mendatangi pelayanan kesehatan. Dan, itu yang menjadi penyebab utama nyawa para korban tidak bisa diselamatkan.

“Jadi ada kematian yang digigitnya luar biasa sehingga tidak tertolong. tapi ada yang digigit sedikit tapi dianggap sepele, nanti datang ke sarana pelayanan kesehatan itu sudah terlambat,” kata Ruth.

Oleh karena itu, pihaknya meminta agar masyarakat tidak menganggap sepele jika mendapat gigitan anjing.

“Ini harus segera dilaporkan dan dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan,” kata Ruth.

“Atau untuk pertolongan pertama masyarakat bisa segera mencuci bekas gigitan dengan air bersih dengan sabun selama 15 menit, lalu menggunakan obat merah, lalu datang ke sarana kesehatan karena kita sudah endemis rabies,”imbuhnya.

Vaksin dan serum antirabies

Ruth menerangkan Vaksin Antirabies (VAR) dan Serum Antirabies (SAR) untuk kesehatan manusia yang disediakan di wilayah itu masih mencukupi. Selain itu, SAR dan VAR yang telah disuntikkan ke masyarakat sebanyak 17.459 atau 98 persen dari total kasus 17.860 kasus.

“Kalau SAR yang dipakai sudah 655 fial kalau VAR yang dipakai 46.046 fial,” jelasnya.

Dan saat ini lanjut Ruth ada tambahan bantuan dari Kementerian Kesehatan sebanyak 20 ribu SAR dan VAR.

“Kita terakhir ini ada pengadaan 20 ribu bantuan dari Kemenkes RI,” ujarnya.

Pengendalian anjing pembawa rabies

Namun yang dikhawatirkan pihak pemprov, kata Ruth, adalah jika anjing-anjing pembawa rabies tidak segera dikendalikan, bisa saja ketersediaan SAR dan VAR akan habis.

Sehingga, lanjutnya, butuh kerjasama dan kesadaran dari masyarakat untuk bisa melakukan vaksin terhadap anjing peliharaan mereka.

“Karena yang sulit itu adalah anjing yang dilepas liar dan tidak dikandangkan, ini akan menyulitkan petugas untuk melakukan vaksin,” tegas Ruth.

Sehingga dia mengimbau agar masyarakat bisa dengan kesadaran sendiri mengandangkan anjing peliharaan, dan juga membawanya ke posko yang telah disediakan untuk divaksin. Dia menegaskan vaksin-vaksin itu gratis.