Telusuri Manusia Hobbit Flores, Arkeolog BRIN Bongkar 2 Rintangan

Iptek957 views

Inionline.id – Sekitar 20 tahun sejak penemuan manusia hobbit alias Homo Floresiensis di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), peneliti mengakui masih ada misteri yang belum bisa terungkap karena masalah teknis.

Manusia purba ini ditemukan di Gua Liang Bua, NTT, 2 September 2003. Penemuan spesies berusia 50 ribu hingga 60 ribu tahun ini mematahkan keyakinan para ahli bahwa teori evolusi berjalan dari primitif ke kompleks.

Arkeolog di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Sutikna, yang ialah salah satu anggota tim penemu manusia hobbit ini, mengungkap salah satu hambatan utama penelitian ini adalah soal ekstraksi asam deoksiribonukleat pembawa informasi genetik (DNA).

“Contohnya, sampai detik ini selama sekian puluh tahun kita mencoba untuk extract ancient DNA kita belum berhasil dengan berbagai cara, mulai dari pengecekan sedimen, mulai dengan sampel tulang langsung dengan manusia, sampel binatang kita belum berhasil,” kata dia saat ditemui CNNIndonesia.com di Jakarta, Senin (2/10).

Extract ancient DNA merupakan proses ekstraksi DNA benda purba untuk mengetahui garis keturunan manusia hobbit ini.

Entah karena umur benda purba itu terlalu tua atau karena memang kondisi situsnya yang rapuh, kata Thomas, hal itu menjadi tantangan yang sampai saat ini belum terungkap oleh peneliti.

Hambatan kedua, lanjut Thomas, adalah rekonstruksi lingkungan di zaman purba. Saat ini timnya masih mencoba beberapa pemodelan meski sejauh ini masih belum terpecahkan.

Pihaknya berharap ada generasi selanjutnya yang memiliki ketertarikan di bidang arkeologi untuk mengungkapkan misteri manusia hobbit ini.

Sejak ditemukan, posisi manusia hobbit di rantai evolusi manusia menuai polemik. Sempat mendapat tudingan sebagai manusia purba yang mengalami gangguan pertumbuhan, tim peneliti menolak asumsi itu.

Volume tempurung otak manusia Liang Bua ini hanya sekitar 400 mililiter, mirip dengan simpanse, dan lebih kecil volume tempurung otak manusia modern 1.500 mililiter. Kakinya pendek dan tidak proporsional, sementara lengannya panjang seperti primata.

Anggota tim menduga temuan ini adalah cabang kerdil dari Homo erectus, spesies manusia pertama yang meninggalkan Afrika dan bermigrasi ke seluruh dunia.

Ada pula dugaan kaitan dengan Australopithecines, hominin bertubuh kecil dari fosil Lucy yang berkeliaran di Afrika lebih dari 2 juta tahun lalu. Dasarnya, tempurung kepala yang kecil dan tulang pergelangan tangan yang seperti tulang pipa.

Chris Stringer, pemimpin penelitian evolusi manusia di Natural History Museum di London, menyatakan bagaimana persisnya hobbit muncul masih menjadi pertanyaan terbuka.

“Saya ragu-ragu dalam hal ini karena saya bisa melihat bukti dari kedua sisi argumen dan saya pikir kita masih belum tahu dari mana asal-usulnya,” aku dia.

Mendadak sembuh

Wahyu Saptomo, tim peneliti lapangan yang terlibat dalam penemuan Homo Floresiensis, mengungkapkan penemuan itu terjadi pada 2 September 2003, kala tengah melakukan penggalian 6 meter di bawah tanah.

Saat itu, peralatan penggalian serba minim dan masih menggunakan sumber cahaya dari lampu emergency.

“Pernah kita menggunakan petromak tapi efeknya menjadi perih ke mata,” kata dia dalam paparannya, Senin (2/10).

Ia menjelaskan penemuan pertama terjadi saat sekop yang dia cangkul menancap ke bagian tengkorak. Sehingga di bagian kepala manusia hobbit ini mengalami luka.

Thomas, yang saat itu tengah berbaring di hotel karena sedang sakit demam, kemudian diberitahu oleh Wahyu terkait temuan itu.

Sontak, kata Wahyu, Thomas langsung bergegas ke lokasi galian untuk melihat dan membuktikan langsung apakah betul tengkorak kecil itu merupakan bagian dari manusia hobbit.

“Pak thomas sedang tidak ada di lapangan, lagi demam. Saya tidak pernah punya pengalaman, tapi saya tahu ini penemuan sangat penting jadi saya langsung menceritakan kepada beliau,” tuturnya.

“Kemudian setelah dicek benar ini manusia, tapi kecil,” sambungnya.

Setelah diungkap dan disusun ulang temuan manusia kerdil itu, terungkap bahwa Homo Floresiensis itu memiliki tinggi 106 sentimeter, dengan bobot tubuh 27,5 kilogram dengan panjang tulang paha 28 sentimeter.

Selain itu ukuran tengkorak terbilang kecil, setidaknya hanya bisa menampung otak berukuran 420 cm3, jauh dari kapasitas manusia modern.