Soal Rencana Pertamax Green Gantikan Pertalite, Menteri ESDM Buka Suara

Ekonomi557 views

Inionline.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara soal rencana pembaruan pertalite menjadi pertamax green 92. BBM ini merupakan biofuel karena dibuat dengan campuran etanol.

Arifin mengatakan pembaruan itu masih dalam kajian internal PT Pertamina (Persero). Namun, ia menegaskan hal tersebut tidak akan terjadi pada tahun depan.

“Belum (pertalite akan hilang tahun depan). Nanti,” kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/9).

Ia menilai pengembangan pertalite menjadi pertamax green 92 belum memungkinkan. Pasalnya, bahan baku etanol dari Indonesia sendiri belum cukup.

Arifin mengatakan saat ini perkebunan tebu untuk bahan baku etanol ada di Jawa Timur. Namun, itu belum cukup.

Oleh karena itu, pengembangannya harus diupayakan dengan bantuan teknologi dari Brasil.

“Nah kalau itu bisa, nanti itu rencana, ya kita lihat potensi pengembangannya di Papua. Karena dulu katanya bibit tebu itu asalnya dari Papua, pindah ke Portugis, baru ke Brazil. Nah sekarang balik ke habitatnya,” kata Arifin.

Pertamina tengah mengkaji untuk meningkatkan kadar oktan BBM subsidi RON 90 alias pertalite menjadi RON 92.

Hal itu dilakukan dengan mencampur pertalite dengan ethanol 7 persen sehingga menjadi pertamax green 92. Kajian tersebut merupakan bagian dari Program Langit Biru Tahap 2 yang masih dibahas secara internal.

“Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah. Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu (30/8) lalu.

Nicke menambahkan apabila usulan tersebut dapat dibahas dan menjadi program pemerintah, harga BBM yang lebih ramah lingkungan itu akan diatur oleh pemerintah.

“Tidak mungkin Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) harganya diserahkan ke pasar karena ada mekanisme subsidi dan kompensasi di dalamnya,” terang Nicke.

Kajian tersebut, sambung Nicke, dilakukan untuk menghasilkan kualitas BBM yang lebih baik. Pasalnya, semakin tinggi kadar oktan, bahan bakar tersebut semakin ramah lingkungan.

“Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octane number lebih baik, sehingga untuk mesin juga lebih baik, sehingga emisi juga bisa menurun. Namun ini baru usulan sehingga tidak untuk menjadi perdebatan,” jelas Nicke.

Lebih lanjut, Nicke menegaskan Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina yang akan diusulkan ke pemerintah. Terkait kepastian jalannya program tersebut merupakan kewenangan pemerintah.