Berikut ini 5 Fakta Subvarian Pirola, Virus Covid-19 yang Kini Dipantau WHO

Berita157 views

Inionline.id – Virus corona penyebab Covid-19 subvarian Pirola mencuri perhatian banyak orang. Subvarian satu ini telah ditemukan di sejumlah negara.

Pirola pada dasarnya merupakan subvarian dari Omicron. Nama terakhir sendiri merupakan varian SARS-CoV-2 yang paling banyak bermutasi.

Dikenal dengan nama BA.2.86, Pirola kini telah masuk ke dalam daftar pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Fakta-fakta virus penyebab Covid-19 subvarian Pirola

Berikut beberapa fakta Covid-19 subvarian Pirola yang perlu diketahui sejauh ini.

1. Ditemukan di sejumlah negara

Subvarian satu ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Israel pada medio Agustus lalu. Di Inggris, jejak virus ini bahkan ditemukan di air limbah.

Mengutip Health, sejauh ini Covid-19 subvarian Pirola telah terdeteksi di sejumlah negara. Yakni di Denmark, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Inggris, dan Israel.

2. Gejala Covid-19 subvarian Pirola

Sejauh ini, Pirola tak dikaitkan dengan gejala Covid-19 yang parah hingga menimbulkan kematian. Di Inggris, misalnya, pasien mengalami gejala ringan dan tanpa gejala.

“Sampai saat ini tak ada kematian yang dilaporkan ke WHO di antara kasus-kasus yang terdeteksi dengan BA.2.86,” ujar WHO.

Sejumlah ahli yakin bahwa subvarian ini hanya akan menimbulkan gejala ringan seperti demam, batuk, dan pilek.

3. Sedang dipantau WHO

Saat ini, BA.2.86 masuk dalam daftar varian yang dipantau oleh WHO. Penetapan ini menggarisbawahi pentingnya pelacakan dan studi mendalam terhadap subvarian Pirola.

3. Sedang dipantau WHO

Saat ini, BA.2.86 masuk dalam daftar varian yang dipantau oleh WHO. Penetapan ini menggarisbawahi pentingnya pelacakan dan studi mendalam terhadap subvarian Pirola.

4. Tak ampuh dilawan kekebalan tubuh

Salah satu yang paling mencolok dari BA.2.84 adalah profil mutasinya yang luas. Dengan lebih dari 30 mutasi yang membedakannya dari subvarian XBB 1.5, Pirola memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menghindari sistem kekebalan tubuh.

Peneliti di Pusat Inovasi Biomedis Peking University China Yunlong Cao melihat kemampuan sistem kekebalan tubuh dari hasil vaksinasi dan infeksi sebelumnya menurun dua kali lipat dalam menetralisir virus BA.2.86.

Penurunan hingga dua kali lipat bukan hal yang bagus, tapi juga dianggap tidak terlalu besar.

5. Tidak terlalu menular

Pada saat yang sama, virus BA.2.86 ditemukan kurang menular 60 persen dibandingkan subvarian Omicron XBB.1.5. Hal ini menjelaskan mengapa virus ini ditemukan di banyak negara, namun hanya pada tingkat yang rendah.

“Menurut saya, hal ini [Pirola] akan perlahan-lahan menyebar ke masyarakat. Tapi, ia tidak akan mampu bersaing dengan varian yang cepat [menular] lainnya,” ujar Cao.