Akibat Cuaca Ekstrem, Warga Pulau di Simuk Nias Selatan Kelaparan

Antar Daerah1157 views

Inionline.id – Masyarakat di Kecamatan Simuk, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara mengalami kelaparan. Pasalnya cuaca ekstrem menyebabkan kapal logistik terkendala memasok bahan makanan ke wilayah Kepulauan Batu tersebut.

Camat Simuk, Gentelman Bago mengatakan cuaca ekstrem sudah dua bulan terakhir terjadi di wilayah tersebut. Akibatnya kapal-kapal logistik yang biasa memasok bahan pangan tak bisa sandar di pelabuhan.

“Ancaman kelaparan ini terjadi kurang lebih sejak lima tahun lalu. Jadi pernah terjadi. Tapi tidak separah kali ini. Ini yang paling parah. Kalau dulu dua hari, tiga hari masuk kapalnya. Enggak sampai 10 hari begini,” kata Gentelman Bago, Kamis (21/9).

Dia mengatakan dalam dua pekan terakhir cuaca di kawasan itu benar-benar ekstrem. Kondisi pulau yang dikelilingi batu karang besar dan ombak tinggi menyulitkan kapal logistik untuk sandar di Pelabuhan Simuk.

Imbasnya, kata dia, kapal-kapal pun terpaksa putar haluan.

“Yang ekstremnya kurang lebih dua minggu ini. Paling parah badainya. Susah kapal masuk karena karang besar dan gelombang tinggi. Jadi Kecamatan Simuk ini dikelilingi batu karang besar dan gelombangnya laut juga tinggi,” imbuhnya.

Selama ini, katanya, logistik hanya dipasok dari Pulau Tello Kabupaten Nias Selatan dan Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan.

“Jadi memang di tempat lain seperti di Pulau Tello, dari Sibolga atau dari Teluk Dalam masih bisa masuk. Dan di Simuk ini hanya ada satu pelabuhan untuk sandar kapal yang memungkinkan,” jelasnya.

Cuaca ekstrem tersebut, lanjutnya, membuat kapal tak bisa sandar. Bahkan persediaan pangan sudah 10 hari terakhir semakin menipis. Kemudian sepekan terakhir warga hanya bisa mengonsumsi roti, mi instan, terigu, ketan dan sagu.

“Mulai menipis stok pangan itu, di hari ke-10. Tapi masyarakat masih bisa mendapatkannya. Kemudian 7 hari yang lalu, masyarakat konsumsi roti, Indomie, terigu, ketan dan sagu,” kata Gentelman.

Akan tetapi, krisis pangan tak juga bisa diatasi. Kapal pemasok bahan makanan juga tak kunjung tiba. Sehingga dalam tiga hari terakhir persediaan pangan di warung warung benar benar habis. Warga terpaksa mengonsumsi sagu.

“Jadi tiga hari lalu yang bisa dibeli di warung itu betul-betul habis. Dan masyarakat hanya konsumsi sagu,” ujar Gentelman.