Soal Jembatan Lengkung LRT Salah Desain, Presiden Jokowi Buka Suara

Headline, Nasional657 views

Inionline.id – Soal isu jembatan lengkung proyek LRT Jabodebek salah desain, Presiden Jokowi buka suara.

Ia mengatakan hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Ia berdalih LRT Jabodebek, meskipun sudah ada LRT Palembang, merupakan proyek pertama kali dikerjakan Indonesia.

Jokowi juga memastikan perencanaan dan penghitungan terkait pengerjaan proyek sudah dilakukan. Namun, di lapangan, penyesuaian bisa saja dilakukan.

“LRT ini yang pertama kali kita kerjakan jadi kalau ada koreksi, ada yang perlu dievaluasi, perlu ada yang diperbaiki ya kita perbaiki. Jangan senang mencari-cari kesalahan, karena kesalahan pasti ada, karena baru pertama kali,” ujar Jokowi usai menjajal LRT di Stasiun Dukuh Atas, Kamis (3/8).

Selain itu, ia juga membanggakan proyek ini adalah proyek anak negeri. Gerbong kereta LRT dibuat leh PT INKA dan konstruksi rel jalur dibuat oleh BUMN Karya.

“Ini adalah produksi INKA, konstruksinya juga dikerjakan oleh kita sendiri semuanya oleh kita sendiri. Jadi kalau ada kurang-kurang harus kita maklumi tetapi perlu kita perbaiki,” ujarnya.

Kesalahan desain LRT Jabodebek disampaikan oleh Kartika Wirjoatmodjo Selasa (1/8) lalu.

“Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia tidak mengetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya,” kata Tiko seperti dikutip dari detik.com.

“Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget,” tambahnya.

Lanjutnya, hal itu terjadi karena pembangunan prasarana tidak berkomunikasi dengan pihak yang membangun sarananya.

Selain desain, Tiko juga menyebut LRT Jabodebek memiliki 2 masalah lain. Pertama terkait ketersediaan sistem integrator.

Ia mengatakan ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek.

Mereka adalah prasarana yang disiapkan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta yang disiapkan oleh PT INKA (Persero), software development yang digarap oleh Siemens, persinyalan oleh PT Len Industri (Persero), dan lain-lain.

Namun, Tiko mengatakan tidak ada sistem integrator pada proyek ini. Padahal, pada proyek besar seharusnya ada.

“Jadi semua komponen project ini berjalan liar, tanpa ada integrator di tengah,” katanya.

Untuk mengatasi masalah ini, ia sudah membuat project management office (PMO). PMO ia tugaskan untuk memastikan integrasinya tercipta.

Masalah kedua terkait spesifikasi kereta yang digunakan dalam proyek LRT. Ia sempat menerima keluhan dari Siemens. Hal itu lantaran spesifikasi kereta antara satu dengan yang lain berbeda-beda.

“Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. Pak ini software-nya naik cost-nya, kenapa, spesifikasi keretanya INKA ini baik dimensi, berat maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain. Jadi 31 kereta beda spesifikasinya semua, jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar supaya bisa meng-capture berbagai macam spesifikasi tadi itu,” paparnya.