UPH Berinovasi Menghadirkan Solusi bagi Negeri

Pendidikan257 views

Inionline.id – Universitas Pelita Harapan (UPH) terus berkomitmen menjadi institusi pendidikan tinggi paling inovatif, mandiri, inklusif, bermartabat, dan unggul. Hal itu dibuktikan dengan terus munculnya inovasi dari sivitas akademika UPH.

Inovasi yang hadir berorientasi memiliki kebermanfaatan bagi masyarakat. Setiap inovasi yang hadir mesti menjadi titik terang dan solusi bagi negeri.

“Mahasiswa terus kita dorong untuk mengembangkan ide kreatif mereka, untuk menjadi inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi sekitarnya,” kata Rektor UPH, Jonathan L Parapak, kepada Medcom.id ditemui di UPH beberapa waktu lalu.

Salah satunya inovasi yang datang dari tim Acetaminofunn program studi Farmasi UPH. Tim yang diisi mahasiswa UPH itu mengembangkan daun pegangan untuk menjadi obat alternatif herbal berbagai penyakit, salah satunya kanker.

Inovasi dilakukan oleh tim yang terdiri atas Jocelyn Telaumbanua, Jessica Laurencia, dan Imelda Angie. Inovasi tersebut berhasil mengatar UPH meraih Juara Pertama kategori Pharmaceutical Industry Case Study (PICS) dalam kompetisi nasional Pharmanova 2023 yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Januari 2023.

Kandungan antioksidan daun pegagan yang tinggi menjadikan tumbuhan ini berkhasiat melawan radikal bebas. Penggunaan ekstrak daun pegagan juga dapat menghambat laju pertumbuhan sel kanker, bahkan mampu mematikannya.

“Inilah yang membuat kami yakin bahwa daun pegagan bisa dijadikan alternatif pengobatan herbal untuk penyakit kanker,” ungkap Jocelyn.

Ketiga mahasiswi itu berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan dalam mengatasi penyakit kanker. Prestasi ini menjadi bukti UPH mampu melengkapi mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat untuk berinovasi dan berdampak bagi masyarakat di berbagai bidang.

Seolah tanpa batas, mahasiswa UPH juga menghadirkan inovasi pada bidang ergonomi. Inovasi ini dihadirkan oleh tiga mahasiswa Teknik Industri UPH, yakni Leander Angelo, Fransiska Faulina, dan Yussarah Melinda.

Inovasi itu berupa alat bantu pengisian baglog media tanam jamur bernama Scissor Hydraulic Lift Table. Inovasi ini dihadirkan berdasarkan studi kasus Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) budidaya Jamur Tiram di kawasan Tangerang.

Dengan alat tersebut, pekerja di UMKM itu tak lagi menemui masalah dan mengeluh sakit punggung akibat harus membungkus baglog media tanam jamur secara manual. Lewat inovasi tersebut UMKM mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerjanya.

“Alat bantu ini terdiri dari meja yang dapat dinaik turunkan dengan menggunakan sistem hidrolik dan dilengkapi dengan portion wheel untuk mengatur banyaknya tanaman jamur yang keluar. Selain itu, untuk menyokong postur kerja pada pekerja, kami juga membuatkan kursi dan meja kecil yang ergonomis. Kami menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk membandingkan nilai risiko sebelum dan setelah menggunakan produk yang telah kami rancang. Dengan produk kami, dapat diketahui risiko bahaya ergonomi dapat berkurang sebesar 75 persen,” jelas Yussarah.

Inovasi itu juga meraih Juara 1 pada kompetisi Industrial Ergonomic Competition (IEC) 2022 yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT). Tidak hanya menempati juara 1, mereka juga meraih juara favorit sebagai Best Product.

Prestasi ini sekali lagi membuktikan kualitas pendidikan UPH mampu membimbing dan membekali mahasiswanya untuk berkarya dan bersaing di luar kampus. Berinovasi seolah telah menjadi budaya di UPH.

Kemampuan Inovasi Dipupuk Sejak Semester Awal

Kemampuan inovasi mahasiswa UPH memang sudah dipupuk sejak awal. Bahkan, mahasiswa dipancing untuk berinovasi pada semester awal.

Mahasiswi Semester 3 UPH, Kesya Christyanti, menyulap daun pepaya menjadi jelly yang memiliki manfaat kesehatan. Daun pepaya itu diolah menjadi jelly untuk antidiabet, imun booster, dan antioksidan.

Rasa pahit daun pepaya dihilangkan dengan proses penghancuran dan diremas dengan bentonite. Selain itu, ia juga menggunakan aspartame sebagai pemanis buatan yang memiliki kalori lebih rendah ketimbang gula agar semua orang bisa memakannya.

Kesya berharap semangat risetnya ini dapat tertular kepada sesama mahasiswa. Mahasiswa sebagai pemuda bisa terjun ke dunia riset untuk berkontribusi kepada negara.

“Kontribusi kami lewat penelitian ini, ini cara kita untuk kontribusi ke bangsa. Kita sebagai temen-teman Indonesia bisa konsumsi pangan lokal, banyak yang belum diolah dan dikonsumsi. Kedepannya, kita bisa manfaatkan internet untuk research lagi untuk gunakan pangan lokal di Indonesia yang manfaatnya banyak,” tutur Kesya.

Pengamat pendidikan Totok Amin menyebut kapasitas generasi muda dapat ditunjukkan lewat kemampuannya berkreasi hingga berpikir kritis. Sehingga, lahir jiwa-jiwa inovatif.

“Budayakan diskusi terbuka dan keterbukaan dalam kegiatan kampus agar menjadi lahan subur untuk inovasi dan terobosan buat bangsa dan negara tercinta kita,” ujar Totok.

Perkara kurikulum, Totok menyebut, terpenting membangun kerangka. Bagaimana generasi muda dipersiapkan masuk menguasai keilmuan yang ada saat ini, sehingga mampu bersaing global di masa depan.

“Kurikulum itu kerangkanya, yang penting justru silabus dan pelaksanaan proses kuliah dan praktiknya. Di situ, perlu juga peningkatan kapasitas untuk dosen dan instruktur di perguruan tinggi agar siap menerjemahkan tantangan global di ruang kelas,” tutur Totok.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, mengatakan sumber daya manusia (SDM) unggul akan selalu linear dengan kualitas pendidikan tinggi. Inovasi menjadi indikator penting di dalamnya.

“Mutu dan relevansinya terhadap perkembangan zaman akan meningkatkan kemampuan generasi muda bangsa bersaing global. Mutu dan relevansi menjadi kunci membangun SDM unggul yang kompeten dalam berinovasi,” tutur Nizam.