Pemprov: Sudah Sejak April 2023 Kasus Ternak Antraks di Gunungkidul

Berita157 views

Inionline.id – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut kasus hewan ternak mati akibat antraks yang terbaru di Gunungkidul yakni di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, telah terjadi sejak April 2023 lalu.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto mengatakan pihaknya telah menerima laporan dari Pemkab Gunungkidul terkait kasus-kasus antraks. Dia menyebut kasus pertama terjadi pada pertengahan April 2023.

Hal itu diketahui setelah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul bersama Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates menindaklanjuti laporan soal warga terjangkit antraks pada 2 Juni 2023.

Deteksi penyakit antraks pada hewan dilakukan dengan cara memeriksa tanah yang terkena darah dari proses penyembelihan.

“Mulai pertengahan April 2023, ada sapi betina tiga tahun, diporak (disembelih-dimakan), satu ekor. Terus ada kambing satu ekor. Jadi ada dua,” kata Sugeng di Kantor DPKP DIY, Kota Yogyakarta, Rabu (6/7).

Belasan ternak mati karena antraks

Data kematian ternak selanjutnya yakni seekor sapi pada 18 Mei; seekor kambing, 20 Mei; seekor sapi, 22 Mei; seekor sapi, 26 Mei; seekor sapi, 27 Mei; seekor kambing, 30 Mei; seekor kambing, 2 Juni; seekor kambing, 4 Juni; dan seekor sapi lagi 27 Juni.

Sehingga, total data diperoleh adalah 6 ekor sapi dan 6 ekor kambing di wilayah Jati. Namun, kata Sugeng, tidak semua ternak yang terdeteksi mati karena antraks itu lalu disembelih dan dikonsumsi warga.

“Tidak semua diporak, ada yang dikubur,” tutur Sugeng.

Menurut Sugeng, Dinas Peternakan dan Hewan Gunungkidul telah memastikan daging dari hewan-hewan tersebut sudah tak ada lagi yang beredar di masyarakat.

Begitu pula untuk ternak sakit yang masih hidup, kata Sugeng, tak ada satu ekor pun keluar dari wilayah Dusun Jati.

“Jadi diporak di situ (Dusun Jati), tidak ada pengeluaran hewan bergejala antrak dari Dusun Jati, mudah-mudahan tidak menyebar ke wilayah lainnya,” tegasnya.

Pemprov lakukan langkah persuasif dan edukasi warga

DPKP DIY dalam ini mengklaim telah melakukan upaya persuasif, mengedukasi masyarakat agar tak menyembelih dan mengonsumsi hewan ternak yang mati karena sakit.

Adapun kasus antraks ini sudah keselian kalinya merebak di Gunungkidul. Berdasarkan catatan DPKP DIY, penyakit yang dipicu bakteri itu pernah muncul pada Mei dan Desember 2019, Januari 2020, Januari 2022, dan Juni 2023.

Kasus penyakit antraks dilaporkan merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul. Pemerintah kabupaten setempat menyebut ada 87 pasien positif terpapar dan satu warga meninggal usai terjangkit antraks.

Masyarakat terpapar penyakit antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, disebut sempat menggali lagi hewan ternak yang mati dari kuburnya sebelum mengonsumsi dagingnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari menyebut ada tiga ekor sapi terpapar antraks yang kemudian dikonsumsi oleh warga setempat.

Perilaku ini juga tak lepas dari pelaksanaan sebuah tradisi bernama mbrandu, di mana masyarakat membeli ternak yang mati milik warga lainnya. Tradisi ini hidup di tengah masyarakat dengan asas gotong royong dan kepedulian dengan maksud meringankan warga yang mengalami kesusahan.