Pedemo Tabrakkan Mobil ke Rumah Wali Kota di Paris, Prancis Rusuh

Internasional057 views

Inionline.id – Kerusuhan di Prancis terus meluas terutama di daerah metropolitan Paris pada Minggu (2/7). Sekelompok pedemo bahkan menabrakkan mobil ke rumah Wali Kota L’Hay-les-Roses pada Minggu malam.

Wali Kota L’Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun, mengatakan para pengunjuk rasa “menabrakkan mobil” ke rumahnya saat keluarganya tertidur. Para demonstran juga sempat membakar mobil tersebut.

“Tadi malam sebuah tonggak bersejarah yang mengerikan dan aib terjadi. Istri saya dan salah satu anak saya terluka,” kata Jeanburn seperti dikutip AFP.

Jeanburn juga mengatakan sejumlah pedemo menjarah rumahnya. Belum jelas bagaimana kondisi keluarga Jeanburndan kondisi rumahnya saat ini.

“Ini adalah percobaan pembunuhan dari sebuah tindakan pengecut yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata,” paparnya menambahkan.

Presiden Emmanuel Macron tengah menghadapi krisis nasional terbesar selama ia menjabat usai kerusuhan pecah di sejumlah kota besar termasuk Ibu Kota Paris dalam sepekan terakhir.

Unjuk rasa hingga bentrokan antara pedemo dan polisi terus meluas dari Paris sampai ke kota-kota lainnya sejak 28 Juni lalu. Akibat situasi yang kian genting, Macron sampai membatalkan perjalanan dinasnya ke Belgia pada Jumat pekan lalu dan segera menggelar rapat kabinet.

Prancis mengerahkan mengerahkan 40 ribu aparat di seluruh negeri untuk mengantisipasi kerusuhan lanjutan.

Setidaknya 250 polisi terluka akibat bentrokan dengan pedemo di beberapa kota. Sebanyak lebih dari 800 demonstran, yang mayoritas merupakan anak muda, juga telah ditahan aparat akibat kerusuhan tersebut.

Demonstrasi pecah setelah video penembakan seorang remaja imigran oleh polisi tersebar di media sosial.

Pada Selasa (27/6) pagi sekitar 09.00 waktu Nanterre, seorang polisi menembak mati seorang remaja bernama Nahel M yang tengah mengendarai Mercedes kuning di daerah pinggiran Prancis tersebut.

Video penembakan Nahel pun viral di media sosial. Sejak itu, demonstrasi atas kematian Nahel pecah dan meluas ke kota-kota besar lainnya.

Identitas Nahel yang merupakan imigran keturunan Algeria dan Maroko memicu dugaan perlakukan rasis yang sistematis oleh lembaga penegak hukum.