Sejarah dan Pengertian Wisuda yang Kini Menjadi Polemik Orang Tua Siswa

Pendidikan457 views

Inionline.id – Baru-baru ini Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendapat banyak protes dari orang tua soal wisuda di sekolah. Nadiem diminta menghapus wisuda jenjang TK-SMA.

Di Indonesia, wisuda kerap ditemui ketika seseorang menyelesaikan jenjang kuliah. Namun kini, banyak sekolah juga menerapkan wisuda pada anak-anak jenjang TK-SMA.

Tapi, tahukah kenapa kelulusan identik dengan wisuda? Simak sejarah wisuda berikut ini:

Wisuda berasal dari Bahasa Jawa ‘wisudha’ yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan.

Melansir laman canterbury.ac.nz, upacara kelulusan universitas merupakan bagian dari tradisi 800 tahun yang dimulai sejak pendirian universitas pertama di Eropa pada abad ke-12, ketika bahasa Latin menjadi bahasa beasiswa.

Sementara itu, dilansir dari laman daily.jstor.org, upacara wisuda telah berubah selama 100 tahun terakhir, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah studi oleh Carl M. Hulbert dan Harl R. Douglass saat wisuda pada 1930-an di negara bagian Wisconsin.

Saat ini, sebagian besar wisuda perguruan tinggi diadakan di stadion dan arena besar untuk menampung banyak orang. Sebaliknya, upacara pada tahun 1930-an sedikit lebih tenang, dengan fokus pada doa dan berkat.

Prosesi wisuda selalu dilekatkan dengan pakaian toga. Toga berasal dari Bahasa Latin ‘tego’ yang artinya penutup.

Dilansir dari laman bsi.ac.id, awalnya, toga merupakan pakaian sejenis jubah yang dipakai oleh pribumi Italia atau bangsa Etruskan. Seiring perkembangan zaman, toga kemudian dijadikan pakaian oleh bangsa Romawi, hingga akhirnya University of Oxford dan University of Cambridge sebagai perguruan tinggi pertama meresmikan pakaian kelulusan dalam bentuk toga wisuda.

Pakaian toga wisuda melambangkan pencapaian dan pengakuan. Sedangkan bentuk persegi pada topi toga diyakini merupakan bentuk simbolis dari buku, namun ada sejarawan lain mengungkapkan, topi toga berbentuk persegi memiliki filosofi, seorang sarjana dituntut agar berpikir rasional sehingga bisa memandang segala sesuatu dari sudut berbeda.

Pada momen sakral pelantikan wisuda, terdapat seremoni tali kuncir topi toga yang dipindahkan dari kiri ke kanan. Hal ini merupakan harapan semasa kuliah lebih banyak menggunakan otak kiri atau hard skill, setelah lulus seorang sarjana akan lebih banyak menggunakan otak kanan yang berhubungan dengan imajinasi, inovasi, kreativitas hingga soft skill lainnya.