5 Gangguan Saluran Cerna yang Rentan Dialami Anak Usai Lebaran

Kesehatan757 views

Inionline.id – Pada saat-saat usai lebaran, masalah gangguan pencernaan merupakan suatu hal yang rentan dialami. Tidak hanya oleh orang dewasa, permasalahan ini ternyata juga rentan dialami oleh anak.

Dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman menyebutkan lima gangguan saluran cerna yang umum dialami anak pasca Lebaran.

“Yang terjadi saat Lebaran adalah ada perubahan pola kehidupan sehari-hari. Saat Lebaran anak libur sekolah, tidak jarang juga anak bepergian mudik, itu menyebabkan suatu perubahan dalam hidupnya,” kata Himawan beberapa waktu lalu.

“Kemudian anak bisa kelelahan, stres karena perjalanan, stres karena tidak bertemu teman-temannya, itu bisa menyebabkan penurunan imunitas. Makan juga tidak teratur kemudian kurang tidur dan berkumpul dengan banyak orang saat perayaan Lebaran,” tambahnya.

Hal-hal tersebut berkontribusi pada masalah saluran cerna anak pada saat dan setelah Lebaran. Himawan pun membahas satu per satu masalah pencernaan yang umum dialami anak.

1. Diare

Pertama diare, ini adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya dan fesesnya lebih lembek atau lebih cair ketimbang biasanya.

“Penyebabnya bisa langsung atau tidak langsung. Penyebab langsung biasanya infeksi virus, bakteri, atau parasit. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyebab diare yang paling banyak adalah jenis virus yaitu rotavirus,” jelas Himawan.

Sedangkan, penyebab tidak langsungnya yakni kebersihan. Baik kebersihan individu, lingkungan rumah dan jamban, maupun kebersihan makanan yang dikonsumsi.

Penularan virus penyebab diare bisa dari makanan yang tercemar patogen, kontak langsung, melalui saluran napas, melalui binatang seperti lalat, bisa pula dari tangan anaknya sendiri atau orang lain.

Sakit Perut dan Muntah

2. Sakit Perut

Selain diare, sakit perut juga merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada anak setelah Lebaran.

Sakit perut sendiri bisa dibagi menjadi sakit perut mendadak (akut) dan sakit perut yang hilang timbul serta berlangsung lama.

“Yang bahaya adalah jika sakit perut karakteristiknya berlangsung lama lebih dari dua jam dan disertai gejala lain seperti muntah hebat atau muntah hijau, ada demam, perut kembung sekali, keluhan nyeri selain di perut seperti di punggung, sendi, atau perutnya terlihat membesar, ini sakit perut yang bahaya.”

Ada pula sakit perut yang disebut fungsional. Ini adalah sakit perut yang biasanya terjadi akibat faktor psikis. Ini banyak terjadi pada anak-anak yang mengalami stres.

“Contohnya, pada saat mudik anak rentan kena stres karena kurang istirahat dan perjalanan lama. Ini bisa memicu sakit perut fungsional. Sakit perut ini timbul agak lama yaitu tiga bulan dan hilang timbul.”

3. Muntah

Gejala gangguan saluran cerna berikutnya adalah muntah. Ini adalah suatu gejala dari penyakit yang memicunya.

“Pemicu muntah bisa berupa diare, infeksi saluran pernapasan atas, gastritis (penyakit lambung), infeksi saluran kencing, dan bisa karena makanan, keracunan, intoleransi, atau alergi makanan.”

Sembelit atau Intoleransi Makanan

4. Konstipasi atau Sembelit

Sembelit juga merupakan gejala yang umum dijumpai anak-anak yang mengalami stres terutama pada saat mudik. Ini ditandai dengan gejala BAB yang lebih jarang, kurang dari dua kali per minggu atau lebih dari tiga hari sekali. Kemudian ada gejala cepirit atau mengeluarkan feses tanpa sadar.

“Ada juga gejala anak menahan BAB, BAB-nya keras atau nyeri, fesesnya besar atau seperti ada tinja yang besar di perut bagian bawah. Jadi, konstipasi ini umum dijumpai pada anak-anak yang mudik.”

Anak yang mudik biasanya menemukan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah sehari-hari sehingga anak enggan buang air besar di tempat tersebut dan akhirnya mengalami sembelit.

5. Intoleransi atau Alergi Makanan

Intoleransi atau alergi makanan pada anak biasanya terjadi akibat anak mengonsumsi makanan baru. Saat Lebaran, banyak menu yang ingin dicoba anak karena ia tak pernah mencobanya sebelumnya.

Jika makanan baru itu tidak cocok, maka anak bisa mengalami intoleransi atau alergi.

“Penyebab yang paling sering adalah makanan berupa karbohidrat, gula, laktosa atau produk karbohidrat yang banyak ditemukan di produk susu. Kemudian lemak di dalam santan, protein, makanan pedas, dan minuman manis,” terangnya.