Heboh Jenazah Covid Antre di RS-Krematorium China

Internasional157 views

Inionline.id – Puluhan foto dan video rumah sakit di China membuat gempar lantaran menampilkan jenazah yang diduga pasien Covid-19 menumpuk di kamar mayat hingga lorong rumah sakit.

Foto-foto itu menunjukkan tumpukan mayat tergeletak di lantai di tengah lonjakan kasus Covid-19 di China usai kebijakan lockdown ketat dicabut imbas protes warga.

Bukan cuma itu, ruang resusitasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) juga dipenuhi pasien yang tampak mengular.

Terlepas dari gambar-gambar yang mengerikan tersebut, otoritas bersikeras bahwa situasi Covid-19 China terkendali, seperti dikutip News.com.au.

Sejumlah ahli mengklaim bahwa pemerintah China menutup-nutupi jumlah kasus kematian akibat Covid-19.

Pada Minggu (18/12), otoritas China hanya melaporkan dua jumlah kematian. Hal itu berbeda dengan foto dan video tumpukan mayat yang beredar di media sosial tak lama setelah itu.

Sementara itu, China juga melaporkan lima kasus kematian akibat Covid-19 pada Selasa (20/12) dengan 2.722 infeksi baru bergejala. Jumlah ini naik dari hari sebelumnya yang mencatat dua kematian Covid-19 dan 1.995 infeksi bergejala.

Hoe Nam Leong, seorang ahli penyakit menular yang berbasis di Singapura, juga berpendapat bahwa jumlah yang kini dirilis pemerintah Beijing tidak merepresentasikan semua kasus Covid-19 di negara itu. Menurutnya, jumlah kematian akibat Covid-19 di Beijing lebih banyak dari yang dilaporkan pemerintah.

Ahli epidemiologi Eric Feigl-Ding juga mengatakan rumah sakit di China kini sudah “benar-benar kewalahan” dengan banyaknya pasien di RS. Dia bahkan memprediksi bahwa dalam 90 hari ke depan sekitar 10 persen populasi Bumi akan terinfeksi Covid-19.

“Ada kemungkinan terjadi jutaan kasus kematian,” kata dia melalui cuitannya di Twitter.

“Seseorang bisa meninggal karena serangan jantung akibat stres karena infeksi. Penyebab utama kematian adalah serangan jantung, namun penyebab yang sebenar-benarnya adalah Covid,” ujarnya.

China belakangan memang mulai melonggarkan kebijakan nol-Covidnya setelah diprotes besar-besaran oleh publik.

Saking longgarnya, orang yang terkena Covid-19 bahkan diizinkan untuk tetap bekerja, seperti yang terjadi di Chongqing.

Fenomena ini berbeda dengan yang selama ini terjadi di China. Negara Tirai Bambu sebelumnya sangat ketat sehingga bila mendeteksi satu kasus saja bisa membuat lockdown suatu wilayah.

Pemerintah Beijing sejauh ini pun telah meminta warga untuk melakukan isolasi mandiri di rumah ketimbang di ruang rawat.

Jenazah terbengkalai hingga 5 hari

Sementara itu, krematorium di kota-kota besar China juga dilaporkan kewalahan menangani antrean jenazah di tengah wabah Covid-19 yang kembali meluas.

Melansir AFP, krematorium di kota Beijing, Chongqing, dan Guangzhou jauh lebih sibuk dari biasanya. Salah satu krematorium bahkan melaporkan pihaknya kehabisan ruang untuk menerima jenazah yang ingin dikremasi.

Sementara itu, di ibu kota Beijing, petugas keamanan terlihat berpatroli di pintu masuk sebuah krematorium khusus Covid-19 dengan antrean mobil jenazah yang terlihat di depannya.

Seorang pengemudi mobil jenazah mengatakan kepada kantor berita bahwa dia telah menunggu beberapa jam di krematorium itu.

Di Chongqing, kota berpenduduk 30 juta, seorang pegawai krematorium juga mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya kehabisan ruang untuk menyimpan jenazah.

“Jumlah jenazah yang diangkut dalam beberapa hari terakhir ini berkali-kali lebih banyak dari sebelumnya,” kata seorang staf.

“Kami sangat sibuk, tidak ada lagi ruang penyimpanan untuk jenazah. Tapi kami tidak yakin (apakah terkait Covid), Anda perlu bertanya kepada pimpinan yang bertanggung jawab,” paparnya lagi.

Di Guangzhou, seorang karyawan di salah satu krematorium di distrik Zengcheng mengatakan kepada AFP bahwa mereka mengkremasi lebih dari 30 jenazah setiap hari.

“Kami memiliki staf-staf dari distrik lain. Tidak ada pilihan lain,” kata karyawan itu.

Krematorium lain di kota itu mengatakan mereka juga “sangat sibuk”.

“Ini tiga atau empat kali lebih sibuk dari tahun-tahun sebelumnya, kami sekarang mengkremasi lebih dari 40 jenazah per hari ketika sebelumnya hanya sekitar belasan setiap harinya,” kata seorang staf.

“Seluruh Guangzhou seperti ini,” ucapnya lagi.

Di kota timur laut Shenyang, seorang anggota staf di bisnis layanan pemakaman mengatakan jenazah dibiarkan tidak dikremasi hingga lima hari karena krematorium “benar-benar penuh sesak”.

Meski begitu, AFP melaporkan peningkatan kematian di China ini belum pasti semuanya berkaitan dengan Covid-19.