Akibat Cuaca Ekstrem Pulau Bawean Duyung Langka 200 Kg Jadi Korban

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Seekor dugong atau duyung ditemukan mati oleh nelayan asal Dusun Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Salah satu mamalia laut yang dilindungi itu diduga terdampar usai terseret ombak akibat cuaca buruk di pulau tersebut.

“Dugong ditemukan nelayan Selasa (27/12) sudah dalam keadaan mati, kemudian dikubur di lokasi. Tapi karena kondisi air laut pasang surut, akhirnya ikan itu terlihat mengapung lagi,” kata Kepala Desa Lebak, Fadal, Kamis (29/12).

Fadal mengatakan, nelayan setempat sempat berupaya menarik dugong itu ke bibir pantai untuk dikuburkan. Namun penduduk tak kuat, karena beratnya diperkirakan mencapai sekitar 200 kilogram.

Dugong itu baru benar-benar bisa dikuburkan pada Kamis (29/12). Proses penguburan disaksikan oleh Tim Reaksi Cepat Konservasi Bawean, BKSDA RKW 11 Bawean, KKP, dan Pemdes Lebak.

“Warga mengubur di dekat lokasi penemuan, karena warga tidak kuat mengangkat duyung itu. Karena memiliki berat sekitar 200 kilogram,” ucapnya.

Beberapa hari terakhir, kata dia, nelayan sempat melihat beberapa dugong sedang makan rumput laut di pesisir laut Bawean. Aktivitas para dugong itu diduga karena cuaca buruk disertai gelombang tinggi dan arus kencang, hingga mereka terseret hingga ke bibir pantai.

“Beberapa hari terakhir nelayan melihat ada tiga dugong sedang makan rumput laut di area pesisir. Saat ditemukan dalam keadaan mati, duyung itu mengalami luka di bagian kepala dan sebagian badan. Diduga setelah terbentur karang dan benda di laut,” katanya.

Peneliti perkumpulan Peduli Konservasi Bawean, Yusra, menjelaskan ekosistem lamun yang ada pulau itu juga menjadi tempat tinggal bagi berbagai macam biota laut meliputi ikan, krustasea, reptil hingga mamalia. Mamalia laut yang diketahui berhabitat di padang lamun adalah dugong alias duyung.

“Sebagai pengetahuan kepada masyarakat kalau Pantai Dusun Rabe, Desa Lebak, terdapat hamparan lamun atau ebus-ebus kata orang Bawean, yang merupakan habitat dugong dan tempat bermainnya,” kata Yusra.

Menurut Yusra, kejadian matinya dugong ini merupakan yang kedua kalinya. Kejadian pertama terjadi di pantai di Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, 17 Mei 2021 silam.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk terus melestarikan lamun, yang merupakan makanan utama dugong serta menjaga dan melindungi keberadaannya.

Mamalia laut jenis dugong ini merupakan salah satu biota langka dan dilindungi oleh negara melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa.

“Peraturan itu juga dipertegas Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut,” pungkasnya.