Dalam Sehari Ini Korut Tembakkan 23 Rudal

Internasional257 views

Inionline.id – Tidak tanggung-tanggung, Korea Utara (Korut) menembakkan total 23 rudal pada hari Rabu (2/11), termasuk satu rudal yang mendarat di dekat perairan Korea Selatan. Hal itu membuat berang Presiden Korsel Yoon Suk-yeol yang menyebutnya sebagai “invasi teritorial”.

Satu rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan Korut melintasi Garis Batas Utara, perbatasan maritim de facto, memicu peringatan langka bagi penduduk di pulau Ulleungdo untuk mencari perlindungan di bunker.

Rabu (2/11/2022), militer Seoul mengatakan itu adalah “pertama kalinya sejak semenanjung Korea dibagi” pada akhir permusuhan Perang Korea pada tahun 1953, bahwa sebuah rudal Korea Utara telah mendarat begitu dekat dengan perairan teritorial Korea Selatan.

“Presiden Yoon menekankan hari ini bahwa provokasi Korea Utara adalah invasi teritorial dengan rudal,” kata kantor Yoon dalam sebuah pernyataan.

Militer Korsel mengatakan, salah satu rudal mendarat di perairan hanya 57 kilometer (35 mil) timur daratan, seraya menambahkan bahwa itu adalah insiden “sangat langka dan tidak dapat ditoleransi”.

Menurut militer Korsel, Pyongyang menembakkan total 23 rudal yang terdiri dari tujuh rudal balistik jarak pendek dan 16 rudal lainnya, termasuk enam rudal darat-ke-udara.

Korea Utara juga melakukan serangan artileri, dengan menembak ke “zona penyangga” maritim yang didirikan pada 2018 dalam upaya untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara.

Usai peluncuran rudal Korut itu, Presiden Yoon mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional, memerintahkan “tindakan cepat dan tegas sehingga Korea Utara membayar harga yang jelas atas provokasi tersebut”.

Otoritas Korea Selatan pun menutup beberapa rute udara di atas Laut Timur, juga dikenal sebagai Laut Jepang, menyarankan maskapai penerbangan lokal untuk mengambil jalan memutar untuk “memastikan keselamatan penumpang di rute ke Amerika Serikat dan Jepang”.

Peluncuran rudal Korea Utara pada hari Rabu ini tampaknya menjadi “demonstrasi bersenjata paling agresif dan mengancam terhadap Korea Selatan sejak 2010,” kata Cheong Seong-chang, seorang peneliti di Institut Sejong, kepada AFP.

“Sekarang situasi berbahaya dan tidak stabil yang dapat menyebabkan konflik bersenjata,” imbuhnya.