Tekan Angka Kecelakaan Kerja, Makin Banyak Robot Digunakan di Gudang Besar

Iptek157 views

Inionline.id – Pasar belanja online tumbuh dengan pesat. Penjualan e-commerce di Asia-Pasifik diperkirakan akan berlipat ganda dari tahun 2021 hingga 2025, mencapai USD2 triliun. Hal itu setidaknya berdasarkan riset dari Euromonitor International.

Edward Chow, Vice President Asia Pacific Sales & Services, Stratus Technologies mengatakan, untuk mengatasi tantangan ini, banyak operator logistik dan pergudangan di Asia-Pasifik yang melihat proses otomasi sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan dalam operasional.

“Autonomous guided vehicles (AGVs) saat ini menjadi pemandangan umum di gudang besar dan pusat pengiriman, di mana mereka dapat digunakan untuk membawa barang dari satu bagian fasilitas ke bagian lain, tanpa campur tangan manusia,” ucap Edward dalam keterangan persnya, Selasa (4/10).

Menurut Edward, teknologi ini tidak hanya menurunkan kemungkinan human errors, tapi juga meningkatkan keselamatan kerja dengan membantu operator dalam mengangkat barang-barang berat.

Selain AGVs, Autonomous Mobile Robots (AMR), juga semakin dikenal oleh para pebisnis. AMR memanfaatkan sensor untuk memahami sekitar mereka dan algoritma perangkat lunak untuk melihat pergerakan di sekitar fasilitas.

“Mesin ini dapat meningkatkan efisiensi karena dapat mengambil dan menyortir barang-barang di rak,” kata dia.

Ada beragam mesin pintar yang dapat membuat pekerjaan para operator lebih efisien dalam melakukan pekerjaan dan mengurangi kebutuhan akan forklift besar. Misalnya dalam bentuk grappler atau capit dan troli otomatis yang masing-masing mampu menahan beban hingga 500 kg dan 200 kg.

Meskipun digitalisasi juga membawa tantangan untuk memastikan minimnya margin kesalahan dari sistem komputasi industri. Dalam pusat logistik maupun gudang, mesin-mesin otonom ini harus dapat bekerja selama 24 jam dalam seminggu. Jika mesin-mesin ini rusak atau terjadi error, maka akan berdampak pada tertundanya pengiriman dan berdampak pada disrupsi rantai pasar.

“Kebutuhan akan otomasi industri dan sistem kontrol yang dapat melakukan pekerjaan kritis dengan “Downtime” yang rendah semakin dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan logistik yang semakin kompetitif. Bayangkan sebuah server Industrial Control System (ICS) yang mampu mengelola robot-robot otonom ataupun server di ujung jaringan, mengambil dan menganalisis data dari sensor Industrial Internet of Things (IIoT) di lantai gudang,” ucap Edward.