Ahli Minta Masker Wajib Lagi, Satgas Belum Tahu Sebab Covid RI Naik

Berita157 views

Inionline.id – Wiku Adisasmito Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengaku masih belum bisa mengidentifikasi penyebab kenaikan virus corona (Covid-19) yang terjadi di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.

“Sampai dengan saat ini belum dapat disimpulkan penyebab pasti terjadinya kenaikan pada tren kasus positif dan kasus aktif,” kata Wiku dalam konferensi pers, Selasa (14/6).

Namun demikian, Wiku membeberkan beberapa dugaan atau potensi penyebab kenaikan kasus tersebut. Yang pertama, mobilitas penduduk yang terus mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan mobilitas warga sepanjang 2021.

Kedua, kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan Covid-19 yang semakin menurun. Ketiga, pengaruh varian Covid-19 baru.

Sebagaimana diketahui, kasus Omicron jenis baru BA.4 dan BA.5 di Indonesia kini bertambah menjadi delapan orang.

Dengan rincian enam orang terinfeksi BA.5, sementara dua orang lainnya terinfeksi Omicron baru BA.4. Dari delapan kasus tersebut, ditemukan sebanyak 3 Warga Negara Asing (WNA) dan 5 Warga Negara Indonesia (WNI).

“Namun tentunya dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dibandingkan negara lainnya, jumlah kasus harian saat ini masih dapat dikatakan rendah. Kenaikan kasus yang saat ini terjadi perlu diupayakan bersama-sama untuk menekan semaksimal mungkin,” ujarnya.

Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia terhitung 61,85 persen lebih tinggi atau 1,6 kali lipat lebih banyak dibandingkan pekan sebelumnya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan harian pemerintah, tercatat selama periode 8-14 Juni, jumlah kumulatif kasus konfirmasi Covid-19 dalam sepekan berjumlah 4.349 kasus. Sementara pada periode sepekan sebelumnya atau selama periode 1-7 Juni, kasus Covid-19 berjumlah 2.687 kasus.

Perkembangan jumlah kasus kematian warga akibat Covid-19 juga terlihat menunjukkan tren kenaikan kendati tak signifikan. Selama periode 1-7 Juni, kasus kematian Covid-19 berjumlah 33 kasus. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan data kematian sepekan terakhir yakni 38 kasus kematian.

Ahli Minta Kembali Wajib Masker

Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mendesak pemerintah agar mengumumkan kewajiban memakai masker baik di ruang terbuka maupun tertutup menyusul temuan mutasi SARS-CoV-2 Omicron dengan subvarian baru yakni BA.4 dan BA.5 yang sudah teridentifikasi di Indonesia.

Hermawan mengingatkan dua subvarian tersebut sementara ini dinilai memiliki kemampuan lebih cepat menular sehingga ia meminta pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terutama dalam protokol kesehatan (prokes) Covid-19.

“Pemerintah harus melakukan restatement bahwa masker itu tetap diharuskan dan dianjurkan di ruang-ruang publik, tempat keramaian, baik di ruang terbuka maupun tempat tertutup. Dan kampanye jaga jarak harus dilakukan kembali,” kata Hermawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (14/6).

Hermawan menyebut kondisi pemakaian masker di masyarakat mulai mengalami penurunan pasca pemerintah memberikan kelonggaran bebas masker sejak pertengahan Mei lalu.

Kendati pemerintah hanya memperbolehkan di tempat terbuka yang tidak padat orang, namun menurutnya kebijakan relaksasi akan dianggap sebagian orang untuk bebas masker.

Selain itu, prokes Covid-19 jaga jarak menurutnya juga sudah tidak relevan saat ini mengingat seluruh kapasitas transportasi dan sejumlah fasilitas di sektor non kesehatan lainnya sudah diberi izin untuk beroperasi dengan 100 persen kapasitas.

“Namun sebenarnya kita juga sudah menyampaikan bahwa kenaikan 500 kasus lebih dalam sehari selama beberapa minggu ini sesuatu yang sudah kami prediksi sejak awak. Karena tiga minggu bahkan dua bulan setelah keramaian, liburan, mudik, pasti akan ada kenaikan kasus apabila kita belajar pengalaman sebelumnya,” jelasnya.

Hermawan kemudian meminta pemerintah untuk lebih memperkuat sistem testing dan tracing terhadap warga Indonesia terutama kontak erat dan mereka yang bergejala. Ia juga mendesak agar pemerintah melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequences (WGS) secara acak agar varian baru dapat teridentifikasi di tengah masyarakat.

Ia juga meminta agar peran Satgas Covid-19 di daerah maupun di lingkung terkecil seperti RT/RW mulai kembali difungsikan sebagai upaya mitigasi menghadapi potensi kenaikan kasus Covid-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 maupun varian Covid-19 baru lainnya.

“Pasti angka di lapangan lebih besar dari yang ditemukan, di lapangan bisa 10 kali lipat dari kasus yang dilaporkan kalau kita belajar pengalaman. Apalagi yang kita soroti laju vaksinasi kita baik primer maupun booster berjalan stagnan, berjalan lambat sekali dalam 1-2 bulan terakhir,” ujar Hermawan.

Presiden RI Joko Widodo memutuskan untuk melonggarkan penggunaan masker di tengah kondisi pandemi virus corona di Indonesia. Kebijakan itu diumumkan Jokowi pada 17 Mei lalu.

Jokowi menilai laju perkembangan Covid-19 di Indonesia sudah menunjukkan tren pelandaian kasus sehingga perlu ada penyesuaian kebijakan terutama terkait prokes Covid-19.

Namun ada sejumlah kondisi tertentu dan golongan orang yang tetap wajib menggunakan masker, di antaranya yakni kegiatan di ruangan tertutup, transportasi publik.

Kemudian Masyarakat yang masuk kategori rentan seperti lansia dan warga yang memiliki komorbid alias penyakit penyerta, serta masyarakat yang mengalami gejala pilek dan batuk.

Sementara masyarakat yang tengah melakukan aktivitas di luar ruangan atau area terbuka yang tidak padat manusia telah diberi izin untuk tidak memakai masker.