Hardiknas Mesti Menjadi Momen Hidupkan Kembali Budaya Pancasila pada Anak-anak

Pendidikan057 views

Inionline.id – Sekjen Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Saur Panjaitan XIII menyebut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) perlu menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan sebagai proses pembudayaan. Hal itu agar agar anak-anak Indonesia tetap berpijak kokoh pada budaya bangsa.

“Semangat Hari Pendidikan Nasional, perlu menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan sebagai proses pembudayaan agar anak-anak Indonesia tetap berpijak kokoh pada budaya bangsanya, budaya Pancasila,” kata Saur dalam Catatan Pinggir tentang Hari Pendidikan Nasional yang diterima Medcom.id, Selasa, 3 Mei 2022.

Saur menuturkan sudah terlalu lama bangsa ini memandang pohon pendidikan yang tumbuh di negara asing. Dia menyebut Indonesia bermimpi dengan mengadopsi dan mengacu pada model-model pendidikan dapat membangun sumber daya manusia sejajar dengan negara-negara asing.

“Tentu saja pohon-pohon itu bisa kita tanam di Indonesia, namun hasilnya tidak bisa menyamai jika tanaman tersebut tumbuh di tanah, iklim, dan lingkungan negara aslinya,” tutur dia.

Saur menyebut pendidikan seperti setiap pohon yang berbuah dan bunga yang berkembang melimpah. Pendidikan tumbuh subur di habitat budayanya.

Dia menegaskan bangsa Indonesia hanya bisa sejajar dengan bangsa-bangsa maju jika pendidikannya berlandaskan budaya, filosofi, dan tujuan NKRI. Dia menyebut yang perlu dilakukan bukan menggantikan mangga, durian, rambutan, salak, dan duku, dengan pir, apel, dan anggur, melainkan menyandingkannya dengan bangga.

“Di tengah serbuan budaya asing berbungkus globalisasi, makin diperlukan usaha serius untuk membenahi pendidikan Indonesia berlandaskan iklim, lingkungan, dan kebutuhan nasional bangsa Indonesia demi kelanjutan eksistensi NKRI. Kita tidak anti asing. Kita terbuka dengan tetap mempertahankan habitat kebudayaan Indonesia,” tutur dia.

Saur menuturkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sangat visioner, menembus abad, dan millennium. Sebelum Indonesia merebut kemerdekaannya, dasar-dasar pendidikan sebagai proses pembangunan manusia Indonesia, proses pembudayaan Pancasila telah diletakkan oleh Ki Hadjar Dewantara.

“Salah satunya melalui Tri-kon, yaitu untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia, harus kontinyu artinya terus menerus dan berkesinambungan,” tutur dia.

Saur mengatakan di sisi lain kebudayaan juga konvergen, yaitu dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan konsentris. Yakni pengembangan harus tetap berdasarkan kepribadian Indonesia.

Dia menyebut masih banyak pemikiran lain Ki Hadjar Dewantara yang masih sangat relevan dilaksanakan saat ini. Khususnya tentang kepemimpinan, yaitu Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan Tut Wuri Handayani.

“Bagi Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah mendorong munculnya daya cipta/kreativitas dengan cara mengasah rasa untuk membedakan yang baik dari yang buruk, mempertajam nalar untuk membedakan yang benar dari yang salah, dan menuntun karsa untuk membedakan yang bagus dari yang jelek,” papar dia.

Saur menuturkan hal itu didapat lewat tiga hal, yakni pembelajaran etika, logika, dan estetika.  Caranya dengan mengembangkan kecerdasan emosional, meningkatkan kecerdasan intelektual, dan menumbuhkan kecerdasan sosial. Dia menyebut irisan ketiganya menjadi persemaian kecerdasan spiritual.

“Dari kecerdasan yang ingin dituai inilah diturunkan mata pelajaran-mata pelajaran sebagai hard skills,” tutur dia.