Wapres Ma’ruf Amin Sebut Dunia Akan Menghadapi Kelangkaan Air Bersih

Berita157 views

Inionline.id – Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri acara Asia International Water Week (AIWW) ke-2 tahun 2022. Ma’ruf Amin mengatakan ketersediaan air bersih merupakan hal yang membutuhkan perhatian pada tingkat internasional.

“Salah satu isu yang mengemuka dan membutuhkan perhatian di tingkat internasional, yaitu ketersediaan air bersih,” ujar Ma’ruf Amin, dalam sambutanya, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (14/3/2022).

Ma’ruf Amin mengatakan diperkirakan dunia akan menghadapi kelangkaan air bersih pada tahun 2030. Ma’ruf mengatakan berdasarkan data UNICEF, anak-anak diperkirakan akan mengalami kesulitan mendapat air bersih.

“Diperkirakan di tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air atau water scarcity. Di tahun 2030, sekitar 700 juta orang dapat mengungsi karena kelangkaan air. Lebih lanjut, UNICEF menyebutkan pada tahun 2040 kira-kira 1 dari 4 anak di seluruh dunia akan tinggal di daerah yang tingkat kesulitan mendapatkan airnya sangat tinggi,” tuturnya.

“Sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, Kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia, sehingga ketersediaan air per kapitanya terendah di dunia. Masalah tersebut diperburuk dengan tingkat pencemaran air yang tinggi, dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah,” imbuhnya.

Hal krusial lain, lanjut Ma’ruf, adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari total ketersediaan air. Sementara itu berdasarkan penelitian menunjukkan penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050.

Ma’ruf Amin mengatakan ketersediaan air bersih berkorelasi pada beberapa masalah yang saat ini menjadi fokus pemerintah. Diantaranya terkait penghapusan kemiskinan ekstrem hingga penurunan angka stunting.

“Rendahnya akses terhadap infrastruktur dasar yang meliputi air bersih, sanitasi, dan listrik, sangat berkorelasi pada penanganan tiga permasalahan yang saat ini menjadi fokus kerja Pemerintah Indonesia, yaitu; pertama, penghapusan kemiskinan ekstrem, kedua, pembangunan SDM unggul, dan ketiga, penurunan angka stunting,” tuturnya.

Ma’ruf mengatakan tidak adanya air bersih menandai kemisikinan di suatu wilayah. Bahkan pada wilayah miskin ekstrem akses air bersih sangat rendah.

“Ketiadaan air bersih di suatu wilayah menandai kemiskinan dan ketimpangan. Di wilayah-wilayah miskin ekstrem, umumnya akses terhadap air bersih sangat rendah,” kata Ma’aruf.

Ma’ruf menuturkan 35 kabupaten Indonesia pada tahun 2021 masuk pada tingkat kemiskinan ekstrem. Dimana hal ini ditandai dengan tidak adanya akses air minum layak.

“Dari 35 kabupaten di Indonesia dengan kemiskinan ekstrem pada 2021, seluruhnya ditandai dengan fakta adanya penduduk yang tidak memiliki akses air minum layak. Angkanya berkisar antara 4,48% sampai dengan 97,21%,” tuturnya.

Ia menilai akses air bersih dan sanitasi yang layak menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan. Ma’ruf menilai kesehatan dan pendidikan dinilai juga menjadi syarat utama SDM unggul.

“Akses terhadap air bersih serta sanitasi yang layak juga menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan seseorang. Kesehatan prima dan pendidikan berkualitas adalah prasyarat utama SDM unggul yang saat ini juga menjadi prioritas Pemerintah Indonesia,” imbuhnya.