Pesan Dewan Jabar H. Cecep Gogom Untuk Pemprov Jabar Terkait Penanganan Penyebaran Paham NII di Jawa barat

Antar Daerah257 views

Bandung, Inionline.id – Jawa barat kembali dihebohkan dengan terpaparnya 20 remaja asal Kabupaten Garut yang diduga terpapar paham NII. Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa barat pun telah menemui langsung 20 remaja tersebut di SDN 3-4-5 Garut, Desa Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Sabtu (11/12/2021).

Menurut Ridwan Kamil, remaja Desa Sukamentri terpapar paham radikalisme NII karena sejumlah faktor seperti pengetahuan agama minim, pendidikan, hingga persoalan ekonomi. Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil mengatakan paham NII nyata adanya dan berbahaya bila banyak remaja yang terpapar.

“Itu nyata, oleh karena itu saya turun langsung jadi guru untuk mengembalikan mereka ke dalam paham ideologi pancasila yang kuat,” tuturnya.

Mendengar kabar tersebut anggota Komisi V DPRD Jawa barat H. Cecep Gogom (HCG) mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi Gubernur dengan tanggap terhadap kunjungannya ke para remaja yang terpapar paham NII tersebut.

“Bisa mengambil sample dan mengklarifikasi terkait masalah paham yang memang sudah mengakar sebagian daripada pemuda-pemuda kita tentunya jika kita melihat kebelakang sebetulnya paham-paham itu memang sudah dari dahulu bukan hanya sekarang saja, ini memang terkait masalah pembinaan ini yang memang kurang adanya pembinaan karena adanya faktor ekonomi kemudian dari faktor dasar agama itu memang salah satu permasalahanya memang seperti itu, intinya dari basic agama,” kata HCG.

Kemudian faktor kurangnya pendidikan, kurangnya belajar, akhirnya mereka mudah dimasuki dengan paham-paham tersebut, tentu yang harus disikapi ketika adanya kekurangan terhadap masalah pemahaman agama ini HCG ingin agar Pemerintah harus betul-betul hadir terhadap beberapa segi mulai dari pendataan, masalah lembaga.

“Sebab ini yang menjadikan wadah lembaga itu memang cikal bakal basic pendidikan orang-orang yang sudah mempunyai latar belakang belajar dari manapun, mungkin karena sudah belajar dari luar negeri kemudian ada paham dan sebagainya lalu dimasuki paham seperti itu sehingga Pemerintah harus lebih kontrol dalam pengawalannya ini terkait masalah lembaga-lembaga yang memang bisa memberikan arahan terhadap pendidikan agama,” imbuh HCG.

Dirinya mengambil contoh beberapa kasus pesantren yang kiyainya mempunyai kasus pelecehan dan sebagainya, “kita selaku wali murid ataupun wali santri dari kalangan manapun pertama kita harus lihat dahulu siapa yang memimpin lembaga tersebut, darimana meresap ilmunya dan lain-lain, itu yang perlu diperhatikan,” terangnya.

Termasuk setelah menjadi lembagapun harus terus terkontrol artinya sekarang sudah banyak paham itu masuknya ke lembaga orangpun pastu punya satu tujuan dakwah yang memang bermacam-macam ketika orang itu belajar di suatu lembaga kemudian lembaga itu tidak tahu punya siapa dan basicnya seperti apa, visi dan misinya seperti apa ini di Jawa Barat sudah mulai menyebar termasuk di Kabupaten Bogor di Selatan, Taman Sari itu ada lembaga atau yayasan yang mungkin kiblatnya ke arah bukan tidak sepaham tapi minimal visi dan misinya ada perbedaan denga lingkungan, jadi tidak sesuai dengan lingkungan, contoh misalkan ada yayasan Al-Huda ini bisa memecah belahkan.

Terkait penyebaran paham NII di Jawa barat, HCG menduha ada beberapa segelitir orang yang merasa tidak puas bukan hanya sekedar basic dari agama saja.

“Bukan hanya sekedar faktor ekonomi saja tapi disini juga ada faktor-faktor yang satu kelompok yang merasa tidak puas dengan kebijakannya akhirnya mereka juga ingin membuat sebuah kelompok yang mungkin itu bisa oposisi bahkan kontradiksi, itulah mungkin sedikit gambaran dari saya,” pungkasnya.