Inionline.id – Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta menyatakan proses pembangunan drainase vertikal atau sumur resapan hingga akhir Oktober telah mencapai 12.482 titik. Drainase vertikal merupakan salah satu upaya untuk menangani banjir di Ibu Kota.
“Tahun 2021, target pembangunan 25.647 titik drainase vertikal untuk menyerap 68.038 meter kubik air, telah dibangun 12.482 titik ,” dikutip dari YouTube Pemprov DKI Jakarta, Senin (15/11).
Sekretaris Dinas SDA DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan di samping tujuan utama yakni untuk melakukan recharge terhadap air tanah, proyek drainase vertikal juga merupakan upaya untuk meredam genangan-genangan yang sifatnya lokal.
Dalam menghadapi potensi banjir di musim hujan, ia menyebut pihaknya juga telah melakukan pengerukan di waduk, kali, embung hingga saluran untuk menambah kapasitas daya tampung air.
Ia menjelaskan setidaknya pihaknya telah melakukan pengerukan di 32 waduk/situ/embung dengan volume pengerukan 626.546 meter kubik.
Lalu pengerukan di 53 kali/sungai, dengan volume pengerukan 533.048 meter kubik dan pengerukan 1.051 saluran penghubung dengan volume pengerukan 132.477 meter kubik.
“Kemudian kesiapan pompa-pompa pengendali banjir kita, baik itu statis maupun yang mobile. Jadi untuk yang pompa-pompa yang statis kita selalu jaga sehingga mereka tetap berfungsi,” kata Dudi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya mengatakan pihaknya memiliki beberapa key performance indicator (KPI) dalam penanganan banjir di ibu kota.
Pertama, kata dia, memastikan tidak ada warga yang meninggal karena terdampak banjir.
“Tahun-tahun sebelumnya kita menghadapi risiko meninggal karena pada saat banjir utamanya bukan karena air, ada kasus 1-2, tapi utamanya karena sengatan listrik. Karena itu pengelolaan listrik menjadi penting sekali. Kita sudah bicara dengan PLN sudah antisipasi supaya timnya bisa ikut mengamankan pada saat terjadi banjir,” kata Anies, Minggu (14/11).
KPI lainnya, kata dia, adalah soal target air surut. Ia menyebut pihaknya menargetkan banjir harus surut 6 jam setelah hujan berhenti atau 6 jam setelah air di kali dalam keadaan normal.
“Sering kita temuan sungainya tidak surut-surut, karena itulah menjadi lama, karena aliran airnya masih terus berjalan. Tapi begitu sungai surut maka kita targetkan 6 jam untuk bisa tempat itu kering. Jadi itu targetnya, kita bekerja dengan ukuran satu keselamatan, dua kecepatan untuk bisa mengeringkan sebuah wilayah,” katanya.