Mengenal Aruna, Startup Teknologi yang Membuat Nasib Nelayan RI Lebih Sejahtera

Iptek157 views

Inionline.id – Sebagai negara kepulauan, tepatnya lebih dari 17.500 pulau, wajar bila Indonesia dikenal sebagai negara penghasil ikan terbesar di dunia. Namun, yang tidak wajar adalah ternyata Indonesia lebih suka mengonsumsi daging daripada ikan –hal wajar bila terjadi di negara agraris, dan bukan di negara bahari.

Data Global Global Food Security Index 2019 menyebutkan, Indonesia berada di peringkat 62, kalah dari Malaysia yang berada di peringkat 28. Peringkat ini antara lain menggambarkan baik tidaknya ketahanan pangan satu negara.

Bila tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia lebih tinggi tentu peringkat ketahanan pangan Indonesia lebih baik dari Malaysia. Apalagi ikan alternatif sumber protein terbaik yang memiliki omega-3 yang tidak bisa diproduksi tubuh manusia.

Mengapa masyarakat neara bahari seperti Indonesia rendahnya konsumsi ikannya?

Bila dirunut jawabannya, pasti banyak faktor. Beberapa di antaranya infrastruktur perikanan RI yang kurang memadai, sehingga sangat sulit mewujudkan jalur distribusi yang ideal agar tidak mengorbankan kualitas ikan. Saat ini ikan segar berkualitas umumnya memiliki harga tinggi karena memerlukan perawatan khusus dalam distribusinya.

Melihat problem dan potensi tersebut, perusahaan rintisan (startup) teknologi perikanan lahir menawarkan solusi pada 2016 silam. Bernama Aruna Indonesia, startup ini membangun sebuah ekosistem perikanan dari hulu ke hilir dengan bantuan teknologi.

Lewat ekosistem inilah Aruna bisa meningkatkan permintaan pasar seafood, yang berimbas pada kenaikan harga jual di level nelayan sehingga meningkatkan pendapatan mereka.

Pendirinya adalah Farid Naufal Aslam, Utari Octavianty, dan Indraka Fadhlillah. Kebetulan ketiganya jebolan Telkom University Bandung.

Per tahun ini, Aruna berhasil menghimpun lebih 15.000 nelayan dalam 30 komunitas nelayan dari Sabang hingga Merauke. Kini Aruna makin aktif mengekspor hasil tangkapan nelayan ini ke banyak negara, mulai dari wilayah Amerika Utara, Cina, Asia Timur, Timur Tengah, dan lain-lain.

“Setiap kampung nelayan yang terafiliasi dengan Aruna dapat meraup omzet Rp 300-700 juta per bulan. Bersama Aruna, taraf hidup nelayan meningkat drastis, dari yang memiliki pendapatan sekitar Rp 1 juta per bulan, kini minimal Rp 3 juta dengan 70 persen produk berorientasi ekspor,” ujar Utari Octavianty, General Director dan Co-Founder Aruna, pada Merdeka.com, baru-baru ini.

Selain membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan, Aruna juga melakukan kemitraan dengan bank untuk membantu akses pemodalan dan asuransi yang menunjang produktivitas nelayan saat melaut. Program-program menarik lainnya juga dijalankan Aruna untuk para nelayan, seperti insentif peralatan rumah tangga jika bisa mencapai target tertentu, pembagian sembako, hingga capacity building.

“Sekalipun Aruna adalah perusahaan teknologi, fokus utama kami adalah memenuhi kebutuhan manusia dulu. Bagi kami, teknologi itu bukan untuk menggantikan peran manusia, tapi untuk membantu agar SDM yang ada bisa berpikir lebih strategis. Aruna menciptakan teknologi yang membantu para putra daerah menjadi agen perubahan yang lebih efektif dan efisien di desa masing-masing,” kata Utari.

Meski pandemi Covid-19 melahirkan resesi ekonomi di Tanah Air, penjualan ikan Aruna justru meningkat sekitar 20 persen dibandinkan sebelum pandemi.

Di tahun ini pula Aruna berani masuk ke pasar ritel dengan merek Seafood By Aruna. Produk-produk ikan segar Aruna ini bisa di beli di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Nalayan, dan Sayurbox.

Tak hanya nelayan, Aruna juga membuka lapangan kerja tambahan di desa-desa pesisir. Para putra daerah yang kompeten di bidang teknologi direkrut Aruna menjadi local heroes.

Mereka dilatih menjadi tim khusus yang membantu digitalisasi data perikanan para nelayan. Selain itu, Aruna juga memperkerjakan para istri nelayan untuk bekerja sebagai pengolah hasil tangkapan di desa mereka. Tugasnya membantu mengupas, membersihkan dan menimbang hasil tangkapan sehingga dapat memiliki pendapatan tambahan hingga Rp 6 juta per bulannya.

Sepak terjang Aruna sejak empat tahun silam telah melahirkan beberapa award, antara lain Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge 2019 dan Startup of The Year 2019 oleh Majalah Tempo. Aruna juga pernah dinobatkan sebagai The Most Social Impact Startup 2019 oleh Kemenristekdikti RI.

Bahkan para pendirinya; Farid, Indraka, dan Utari dinobatkan sebagai bagian dari Forbes 30 Under 30 tahun 2020.

Pada Agustus tahun ini, Aruna mendapat suntikan modal senilai US$ 5,5 juta dari para investor, yakni East Ventures, AC Ventures, dan SMDV (Sinar Mas Group).

Dana segar itu untuk mendukung rencana Aruna memperkuat basis komunitas mitra nelayan dan perusahaan dengan memperluas jangkauan operasional ke lebih banyak daerah pesisir. Serta meningkatkan produktivitas nelayan lewat pelatihan dan edukasi tentang kualitas dan standardisasi produk.