FBI Mengingatkan Potensi Aksi Kekerasan Saat Pilpres AS di Portland

Internasional057 views

Inionline.id – Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) atau FBI memperingatkan adanya potensi bentrokan bersenjata terkait pemilihan presiden (pilpres) di Portland. Dikhawatirkan FBI bahwa bentrokan dua kelompok yang mendukung calon presiden (capres) berbeda mungkin terjadi setelah hasil pilpres terungkap nantinya.

Seperti dilansir AFP, Selasa (3/11/2020), kota Portland di negara bagian Oregon, diketahui terbelah setelah unjuk rasa anti-rasisme merebak pada musim panas lalu. Situasi di kota itu memanas setelah kedatangan para pejabat federal dan milisi sayap kanan, termasuk Proud Boys, yang juga dikenal sebagai kelompok supremasi kulit putih.

Pemungutan suara yang sangat terpolarisasi — antara Presiden Donald Trump terpilih kembali atau dikalahkan oleh Joe Biden, capres dari Partai Demokrat — pada Selasa (3/11) waktu setempat, telah memicu kekhawatiran akan munculnya aksi kekerasan yang lebih mematikan di jalanan kota Portland.

Pusat-pusat bisnis di Portland menutup operasional mengingat unjuk rasa akan digelar baik untuk kemenangan Trump ataupun Biden nantinya, atau jika situasi tak menentu terjadi, yakni saat penghitungan suara ditunda secara nasional akibat melonjaknya partisipan pemungutan suara via pos di tengah pandemi virus Corona.

“Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya adalah potensi bentrokan bersenjata antara kelompok-kelompok yang berlawanan,” sebut Agen Khusus FBI Portland, Renn Cannon, kepada AFP.

“Itu bisa meningkat menjadi situasi berbahaya di mana — jika amarah memanas — Anda bisa berakhir dengan aksi kekerasan yang tragis atau malang,” imbuhnya, merujuk pada penembakan fatal seorang pendukup kelompok sayap kanan di Portland pada Agustus lalu.

Disebutkan Cannon bahwa kantor FBI di Portland yang beranggotakan 250 orang telah mengerahkan sumber daya manusianya untuk memantau tindak kejahatan pemilu termasuk penindasan para pemilih hingga penipuan dan ancaman dunia maya dari pelaku asing.

Cannon juga menegaskan bahwa agen-agen FBI memberikan ‘perhatian ekstra’ terhadap setiap ancaman yang bisa ‘mengurangi kemampuan warga untuk mempraktikkan hak amandemen pertama mereka atau menggunakan hak pilih’.

Kendati demikian, Cannon menyatakan bahwa fakta sebagian besar warga negara bagian Oregon memberikan suara lewat pos memberikan optimisme bahwa antrean panjang — yang rawan menjadi target serangan atau bentrokan — tidak akan terjadi saat pemungutan suara pada Selasa (3/11) waktu setempat.

Sementara itu, unjuk rasa yang direncanakan untuk digelar jika hasil pilpres ditunda selama beberapa hari atau beberapa minggu, sebut Cannon, menjadi kekhawatiran tersendiri. “Apakah mereka memiliki komponen bersenjata atau tidak, saya tidak tahu,” ucap Cannon, tanpa menyebut ancaman spesifik yang teridentifikasi saat ini.

Gubernur Oregon, Kate Brown, sebelumnya merilis perintah eksekutif yang menyerahkan operasional menjaga ketertiban di Portland kepada personel pasukan negara bagian — secara efektif membatalkan larangan gas air mata di kota itu — dan menempatkan Garda Nasional dalam posisi siaga.

“Ini adalah pemilu yang sangat spesial dalam hidup kita,” ucapnya memperingatkan.