Pengembang Menyebut Ekonomi Negatif Tak Mengurangi Potensi Sektor Properti

Inionline.id – Pelemahan bisnis properti hingga terpukulnya sektor ini karena pandemi Covid-19 tidak perlu membuat pesimistis. Masih banyak hal yang membuat sektor ini tetap potensial sehingga kita tetap harus merasa optimistis.

Perekonomian global sangat terpukul dengan adanya pandemi Covid-19 bahkan beberapa negara maju dengan perekonomiannya yang sangat kuat hingga mencatatkan perumbuhan negatif mulai kuartal pertama dan kedua tahun ini. Situasi krisis ekonomi telah membayangi banyak negara secara global.

Di Indonesia sendiri, perumbuhan negatif baru dicatatkan pada kuartal kedua 2020 sehingga kita masih bisa berharap pertumbuhan yang positif pada kuartal ketiga hingga akhir tahun ini. Slowdown-nya perekonomian ini tentu akan berimbas pada berbagai bidang tak terkecuali sektor properti.

Namun menurut Norman Eka Saputra, Direktur PT Pancakarya Griyatama, pegembang Apartemen Skandinavia di kawasan superblok Tangerang Cit (TangCity), Jalan Jenderal Sudirman, Cikokol, Tangerang, Banten, krisis maupun fluktuasi turun-naiknya perekonomian merupakan hal biasa tinggal bagaimana respon kita terhadap situasi tersebut.

“Krisis itu pasti kurvanya V, kalau sudah turun pasti akan naik lagi, tinggal seberapa turun dan seberapa recovery yang bisa kita lakukan. Karena namanya capital itu nggak akan ke mana-mana, dia tetap ada dan bisnis harus terus bergerak dan untuk sektor properti di Indonesia itu potensinya sangat besar dari bonus demografi kalangan milenial, backlog hunian yang tinggi, jadi tidak ada alasan untuk pesimistis, kita semua harus tetap optimistis,” katanya.

Untuk sektor properti yang dalam kondisi “kurang darah” sejak beberapa tahun terakhir diakui oleh Norman, tapi itu tidak bisa menggambarkan situasi keseluruhan bisnis. Properti merupakan sektor yang sangat unik, situasi lesu harus dilihat di segmen apa, wilayah mana, hingga produk apa yang disuplai ke pasar.

Selama ini istilah over supply hingga kenaikan properti yang melonjak pada periode beberapa tahun lalu kemudian turun hingga saat ini stagnan hanya terjadi untuk produk tertentu dan di lokasi tertentu. Sekali lagi hal itu tidak bisa dijadikan dasar yang umum kendati situasi ini bisa berpengaruh untuk sektor lainnya.

Beberapa hal lain bisa dilihat, saat properti terpukul cukup dalam karena aktivitas bisnis yang terbatas dengan pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus penularan wabah Covid-19, beberapa produk properti untuk segmen tertentu malah sangat bergairah.

“Bonus demografi itu taken dan itu yang membuat kita harus tetap optimistis. Likuiditas kita juga bagus, hal itu terlihat dari pemerintah terus menurunkan suku bunga, artinya uang itu ada banyak tinggal bagaimana mengatur peredarannya. Pasar kita itu 260 juta penduduk dengan mayoritas dari segmen muda. Untuk itu kita semua harus terus bergerak karena ekonomi pasti recovery dan ada pasar yang besar di situ,” beber Norman.