DKI Jakarta Diprediksi Waspada DBD Pada Februari-Maret

Jakarta, Inionline.Id – Bulan Februari dan Maret, seluruh wilayah DKI Jakarta memasuki kategori waspada Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti, berdasarkan data prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara pada lima wilayah DKI Jakarta.

“DBD diprediksi akan meningkat beberapa hari atau minggu setelah musim hujan pada awal tahun 2019 ini,” ungkapnya.

“Sedangka pada Januari yang masuk dalam kategori waspada terdapat di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur,” tambahnya.

Widyastuti menjelaskan bahwa kasus DBD di DKI Jakarta dari Januari hingga 31 Desember 2018 tercatat 2.947 kasus DBD (Insidence Rate/IR = 28,15/100.000 penduduk) dengan dua kematian (Case Fatality Rate/CFR= 0,07 persen).

Pada 2018 diketahui wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk.

Sedangkan pada tahun 2017 dilaporkan 3.362 kasus dengan IR sebesar 32,41/100.000 penduduk dan satu kematian (CFR 0,03 persen). Kemudian pada 2016, tercatat 20.432 kasus DBD dengan IR 198,80/100.000 penduduk dan 14 kematian (CFR 0,07 persen).

Berdasarkan sistem surveilans berbasis web milik Dinkes Provinsi DKI Jakarta, untuk awal tahun 2019, di bulan Januari ini tercatat ada 111 kasus DBD (IR 1/100.000 penduduk). Namun tidak ada kematian dari kasus tersebut.

Dinkes dan Pemprov DKI akan mengambil langkah untuk mengantisipasi kejadian luar biasa DBD diantaranya menyebarluaskan informasi ke masyarakat menggunakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) atau media sosial tentang waspada DBD dan pengendaliannya, yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Saat ini Pemprov DKI bekerja sama dengan BMKG dalam pengembangan model prediksi angka DBD berbasis iklim yang dapat diakses  melalui http://bmkg.dbd.go.id/. Pemodelan ini merupakan bentuk sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dalam rangka antisipasi.

“Peningkatan sistem kewaspadaan dini Penyakit DBD, melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis Rumah Sakit,” tutur Widyastuti.

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan 160 Rumah Sakit (RS) di DKI yang merawat pasien DBD. Mereka harus menginput data 1x24jam.

“Januari-Maret itu adalah prediksi gambaran 3 bulan ke depan hasil pemodelan antara data yang kita punya tiga tahun terakhir dengan iklim yang dipunya BMKG,” jelasnya.

Kemudian pemeriksaan jentik oleh juru pemantau jentik (jumantik) minimal seminggu sekali, biasanya dilaksanakan setiap hari Jumat. Peningkatan peran jumantik cilik/jumantik Sekolah dalam kegiatan PSN baik di sekolah maupun tempat tinggalnya.

“Melakukan upaya-upaya pengendalian DBD dengan kegiatan melakukan peningkatan PSN 3 M (Menguras, Menutup, Mendaur ulang) tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD plus kegiatan lainnya dalam mengurangi gigitan nyamuk,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *