Korban Tsunami Bertambah Menjadi 222 Orang, PVMBG Masih Selidiki Penyebab Tsunami

Headline, Nasional057 views

Inionline.Id – Jumlah korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda terus bertambah. Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga Minggu (23/12) malam, ada 222 orang meninggal dunia, semua warga Indonesia, tak ada korban asing. Selain itu 843 orang luka-luka dan 28 orang masih dinyatakan hilang.

Kerusakan material meliputi 556 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 60 warung makan rusak, dan 350 kapal dan perahu rusak.

Korban dan kerusakan ini mencakup empat kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua Puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan.

“Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua Puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan” kata Sutopo.

Sutopo menjelaskan, data sementara menunjukkan korban meninggal paling banyak di Kabupaten Pandeglang tercatat 164 orang meninggal dunia, 624 orang luka-luka dan 2 orang hilang.

Kerusakan fisik meliputi 446 rumah rusak, sembilan hotel rusak, 60 warung rusak, 350 unit kapal dan perahu rusak, dan 73 kendaraan rusak. Daerah yang terdampak di 10 kecamatan. Lokasi yang banyak ditemukan korban adalah di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.

Korban di Kabupaten Serang tercatat 11 orang meninggal dunia, 22 orang luka-luka, dan 26 orang hilang. Kerusakan bangunan masih dilakukan pendataan.

Sedangkan korban di Kabupaten Lampung Selatan tercatat 48 orang meninggal dunia, 213 orang luka-luka dan 110 rumah rusak. Di Kabupaten Tanggamus terdapat satu orang meninggal dunia.

Di sisi lain, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bakal menerjunkan tim untuk meneliti penyebab tsunami yang terjadi di Selat Sunda.

“Tim kami akan pergi ke sana untuk melakukan pemeriksaan. Untuk pendahuluan, kami kirim empat orang, karena kami belum tahu (penyebab tsunami)” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Wawan Irawan.

Wawan menuturkan untuk menimbulkan gelombang besar hingga terjadi tsunami, diperlukan tenaga yang besar seperti pergeseran lempeng, letusan besar gunung api, maupun longsoran besar yang masuk ke dalam kolom air laut. Namun, berdasarkan alat pemantauan Gunung Anak Krakatau, tidak ada aktivitas vulkanik yang menunjukan gejala letusan besar maupun longsoran tubuh ke laut.

Untuk itu, tim yang diterjunkan akan melakukan pemantauan dengan merekam struktur morfologi Gunung Anak Krakatau. Tujuannya, untuk melihat apakah ada perubahan struktur Gunung Anak Krakatau.

“Kami melihat amplitudo tremor maksimum III, itu makanya kami agak kaget malam, ada hubungannya dengan isu tsunami. Jadi untuk pembuktian aktivitas tsunami atau gelombang laut, kami akan menunggu setelah tim kembali ke lapangan” ujar Wawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *