Beragam Masalah Kejiwaan Terkait Selfie Yang Berlebihan

Kesehatan157 views

Inionline.Id – Hampir semua orang pasti pernah melakukan swafoto atau selfie, entah untuk coba-coba, iseng, pas foto, atau kepentingan lainnya.

Selfie menjadi populer, sampai-sampai kata tersebut secara resmi ditambahkan ke dalam kamus besar bahasa inggris Oxford. Di dunia maya, pamer foto selfie juga menjadi kegiatan yang sangat lumrah. Namun, selfie bisa menjadi tanda masalah kejiwaan jika dilakukan secara berlebihan atau salah tempat.

Sebelumnya, jurnalis asing dari The Guardian menuliskan tentang pengunjung yang asyik selfie di lokasi bencana tsunamin Banten-Lampung. Salah satu korban yang melihat hal tersebut merasa kecewa atas sikap mereka. Psikolog menilai, ini bisa jadi tanda kurangnya empati seseorang.

Berikut berbagai masalah kejiwaan yang timbul karena selfie berlebihan:

Objektifikasi Diri

Objektifikasi diri akan melibatkan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain mengenai penampilan yang seringkali bukan untuk hal yang positif.

“Objektifikasi diri mengarah pada banyak hal buruk, seperti depresi dan gangguan makan pada wanita,” ujar Jesse Fox, PhD, peneliti dari The Ohio State University, dikutip dari psychcentral.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, semua orang lebih peduli dengan penampilan mereka. Itu berarti objektifikasi diri bisa menjadi masalah yang lebih besar bagi pria, juga bagi wanita.

Narsisitik

Narsisme dianggap sebagai masalah kejiwaan sebab ditandai oleh keyakinan bahwa seseorang lebih pintar, lebih menarik, dan lebih baik daripada yang lain, tetapi dengan adanya rasa tidak aman yang menyertai.

“Temuan yang lebih menarik adalah bahwa mereka juga mendapat skor lebih tinggi pada sifat kepribadian anti-sosial lainnya, psikopati, dan lebih rentan terhadap obyektifikasi diri,” tutur Jesse Fox, PhD, peneliti dari The Ohio State University, dikutip dari psychcentral

Kurangnya rasa empati

Menurut psikolog, kegiatan melakukakn selfie di tempat bencana bisa menjadi tanda seseorang memiliki tingkatan empati yang lebih rendah meski tujuannya untuk membuktikan sesuatu.

“Kalau memang niatnya sebagai bukti sudah menyalurkan bantuan, apa memang harus selfie? Ada banyak cara lain, seperti difoto saja barang sumbangan di lokasi,” kata Bona Sardo, psikolog dari Universitas Indonesia.

Histrionik

Histrionik adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan penderitanya ingin menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering diidentikkan dengan kondisi ini.

Orang dengan gangguan ini memiliki emosi tidak stabil serta citra diri yang terdistorsi. Untuk orang-orang dengan gangguan kepribadian histrionik, harga diri mereka bergantung pada komentaar dan bukan dari diri sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *